Di dalam rumah hampir semua perabotnya adalah barang antic (baca : barang bekas). Meja, kursi tamu, tempat tidur, rak buku, lemari, meja makan dll semua dari barang bekas. Ada juga beberapa hiasan rumah seperti guci, piring, setrika, buku, hiasan dinding, jam dinding, lampu. Semua ditata rapi di dalam rumah. Di dalam rumah suasananya seperti ruang pamer furniture antic. Di beranda juga disusun beberapa set meja kursi antic. “Kadang ada juga tamu yang sekaligus juga melihat-lihat barang-barang itu. Bahkan sampai masuk ke kamar tidur,” kata Cicup –panggilan akrabnya.
Di depan rumah diset sebuah rumah panggung kayu berukuran 3x3 meter. Seperti sebuah gazebo tetapi dindingnya tertutup. Bisa saja difungsikan untuk ruang kerja out door atau sebuah pavilyun kecil. Semua bahan rumah panggung ini juga dari kayu bekas bongkaran rumah yang ditata sedemikian rupa saling melengkapi untuk sebuah rumah kayu.
Ditemui di rumahnya yang asri, Rochmad Subagyo memaparkan tentang usahanya. Bermula pada kesenangannya pada barang antic. Sebelumnya ayah dua anak ini adalah kolektor barang antic. Awalnya buku bekas yang dikoleksinya karena memang kebutuhannya saat mahasiswa dan masih terjangkau harganya. Lalu setelah berkeluarga kebutuhannya pun bertambah dan mulai membeli kebutuhan rumah tangga. Ada beberapa keramik, guci, setrika, pigura, piring-piring, meja dan kursi, lemari dll.
“Saya suka membeli beberapa furniture antic. Disamping modelnya dan kayunya lama, harganyapun lebih murah daripada membeli furniture baru. Dari segi kekuatan, kayu lama jauh lebih kuat dari kayu sekarang,” kata Cicup yang masih sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Setelah itu Cicup menjadi keranjingan dalam mengoleksi furniture antic. Bila ada waktu luang dan dana, dia sempatkan membeli furniture antic untuk menambah koleksinya. Lama-lama ternyata banyak juga dana yang telah dikucurkannya untuk investasi furniture antic. Alumni Geografi UGM tersebut juga mulai mengenal jaringan dan manajemen furniture antic. Dari mana barang itu didapatkan dan bagaimana memperbaikinya sampai menjualnya. Tanpa sengaja ada teman yang naksir salah satu barang antiknya dan mau membelinya. Setelah dipikir-pikir bila barang dijual kan bisa membeli lagi dan uangnya bisa membeli barang yang lain. Begitulah satu dua barang dilego dan dibelikan lagi barang lainnya. Lalu Dia mulai berpikir, apa tidak sekalian ditekuni saja menjadi sebuah usaha bisnis?
Setelah itu mulailah alumni S2 MAP (Magister Administration Public) UGM menjalani usahanya. Dia menjalin networking dengan beberapa pengepul barang antic. Diapun tak segan-segan terjun langsung mencari barang. Bukan hanya di wilayah kotanya, tetapi sampai Purwodadi, Magetan dll. Dalam setiap kesempatan dia mencari barang sebagai bahan baku. Cicup mencari bahan baku dari beberapa tempat yang ada barang-barang kuno. “Biasanya bila ada rumah kuno dan yang punya sudah meninggal biasanya anaknya sudah tidak concern mengurusi barang-barang itu maka biasanya dijual saja,” katanya. Ada juga barang tersebut dari para pengepul yang memberi informasi. Atau ada yang datang sendiri ke rumah karena sudah ada yang mulai mengenalnya.
Dia menghire 5 tenaga baik untuk tukang kayu, ukir maupun untuk kebutuhan perbaikan finishing. Sudah sekitar 5 tahun dia menekuni usaha ini. Hasilnya? “Bila dari segi ekonomi tak terlalu menarik. Barang tak terlalu cepat laku. Jadi perputaran uang lambat. Tetapi bila itu merupakan hobi dan kesenangan, kebahagiaannya tak terukur he..he... Selain itu, bisa memberi pekerjaan pada 5 orang itu sudah sesuatu yang membahagiakan..,” jawabnya.
Bermacam furniture sudah dikerjakannya dan bisa dilihat di ruang pamer di rumahnya yang luas dan berarsitektur joglo limasan. Rumahnya pula dijadikan eksperimen penyusunan rumah dari bahan bekas rumah. Hampir semua bahan rumahnya merupakan bekas kayu rumah. “Bahan kayunya merupakan bekas 4 rumah yang digabung-gabung menjadi satu. Dindingnya gabungan dari 4 rumah, tiangnya dari satu rumah. Ada rumah yang bagus diambil dinding dan ada rumah yang masih bagus diambil plafonnya. Namanya saja rumah bekas. Jadi tergantung kondisinya,” Kata Cicup menjelaskan tentang rumahnya..
“Barang-barang tadi dibersihkan dan dilihat mana yang bisa diperbaiki dan mana yang perlu dipoles. Bahan kayu dicarikan dari kayu sejenis. Kalau perlu ditambahi beberapa penguat. Setelah barang ready for use ditaruh di ruang pamer.
Koleksi furniture antic dipajang berderet di rumah dan ruang pamernya, di samping rumah. Ada banyak kere (sekat dinding dari kayu) disusun berdempetan. Ada seperangkat kursi tamu dari kayu dan rotan lengkap dengan mejanya, kursi panjang santai, tempat tidur kuno, peti, lesung, lemari, meja dll. Ada banyak lesung (tempat menumbuk padi tempo dulu). Ada juga kandang burung berukuran besar. “Kalau itu bukan barang antic, tetapi memang dibuat baru,” katanya menjelaskan.
Ada meja kuno bekas tempat pencucian emas. Kayunya sangat tebal dan lebar.. Dia mendapatkannya dari sebuh toko emas. Ada kursi panjang santai tetapi kayunya sangat tebal dan lebar. Semua kayu jati kuno. Ada peti besar dari bahan kayu klas 1. “Kalau barang-barang yang langka seperti ini harganya sudah mahal karena disamping kwalitas kayu, stok barangnya juga langka,” katanya.
Sekarang Cicup sudah bisa menikmati hobinya sekaligus membuka usaha ekonomi. Setelah pulang kerja dia menghabiskan waktunya untuk usaha furniture antic. “Sekali-kali kami juga mengirim barang ke Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya menggunakan truk,” katanya menutup pembicaraan. Alamat Show Roomnya Jl. Lawu No : 47 Karanganyar, Solo, Jateng. Phone : (0271) 7026827. Sekitar 200 m sebelah Timur rumah dinas Bupati Karanganyar. (Sunaryo Broto)
Waduh senengnya tinggal di sini...mungkin beberapa koleksi saya bisa menambah keunikan rumah bapak...monggo Pak visit ke:
BalasHapushttp://vintagegallery.multiply.com
...liat2 deh Pak sembari dengerin Sonja lieve Sonja dari Four Tak dan Song of Bangladesh-nya Joan Baez
wah bagus ya. eksodusnya berjalan lancar dari multiply. sak komentarnya juga bisa dipindah.
BalasHapushappy blogging :)