Kamis, 20 Desember 2007

Obsesiku

 


Kumpulan Puisi Masa Mahasiswa

Oleh Sunaryo Broto

 

 

Pengantar

Untung saja dokumentasi tulisan sewaktu mahasiswa tidak hilang. Hanya terselip diantara tumpukan buku di rumah orang tua di Tegal Asri, Karanganyar, Solo. Tiba saatnya untuk diambil dan hanya menunggu waktu yang tepat. Sewaktu dinas pelatihan Risk Management di Yogyakarta, 23-24 Mei 2007, dinasnya diperpanjang di Yogya untuk rapat menyiapkan konsep SDM Pupuk Kaltim antara lain, grading, analisa jabatan, kompetensi, performance manajement, dan sistem remunerasi. Untuk mengisi waktu –karena menunggu rapat- saya manfaatkan untuk mengangkut barang-barang dari Tegal Asri ke rumah baru, Ndalem Pogung Blok F-82, Yogyakarta. Dimulailah berbenah menata barang-barang yang akan diangkut ke Yogya. Giliran membongkar rak buku ketemulah dokumentasi tulisan itu. Ternyata bukan hanya tulisan puisi tetapi juga beberapa coretan karikatur, kartun dan beberapa gambar kecil yang sempat tertoreh. Lalu ada ide untuk membukukannya. Siapa tahu berguna. Minimal buat diri sendiri dan keluarga. Terutama anak-anak yang memerlukan contoh nyata dari orang tuanya. Anak-anak, inilah karya bapakmu sewaktu mahasiswa. Mungkin masih belepotan. Mungkin masih asal-asalan. Tetapi inilah dekonstruksi pemikiran bapakmu diantara waktu kuliahnya. Kuliah tetap harus diselesaikan karena itu amanat orang tua tetapi waktu yang ada harus dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Jangan sampai waktu berlalu dengan sia-sia. Hari esok harus lebih baik dari hari ini.

 

Memang, saya ingin diantara anak saya ada yang mempunyai karya. Entah di bidang apa yang dia sukai. Bisa sastra, lukisan, bangunan, olah raga atau karya politik dllnya. Saya ingin dia bisa tumbuh lebih baik dari bapaknya. Kalau dia bisa lebih bermakna dari bapaknya, saya sebagai orang tua akan merasa senang karena tugas sebagai penghasil generasi yang lebih baik sudah tercapai.

 

Karya ini saya beri judul Obsesiku, sesuai dengan tulisan yang ada di buku lusuh yang memuat beberapa puisi ini sekitar awal tahun 1988. Untuk sekedar mengenang semangat menulis saat itu dan suasana saat itu yang serba tak jelas arahnya mau kemana.

 

Tentang tulisan memang tidak semuanya sampai finishing touch. Ada yang baru setengah matang atau seperempat matang atau terlalu matang. Kami tidak bicara kualitas tulisan berbentuk puisi. Tapi tulisan tersebut mewakili pemikiran saat itu. Ada yang sempat dikirimkan ke media masa, ada yang sudah dimuat di buku antologi puisi dll. Kebanyakan hanya pikiran-pikiran selintas di berbagai tempat. Kebanyakan masih di lingkungan Yogya. Tulisan terbanyak di kost-kost, Wisma Dermaga, Klebengan CT VIII/A/1, di pinggir Selokan Mataram, depan Fakultas Peternakan UGM. Lainnya ditulis di ruang kuliah, di ruang pameran, di kampung halaman, di rumah kakek atau di perjalanan dalam sobekan kertas-kertas bekas atau terselip di buku harian. Dimanapun proses berpikir harus tetap dilakukan.

 

Masa mahasiswa adalah masa yang sangat menyenangkan dalam mengelaborasi proses berpikir. Masa itu bisa dibilang idealisme sebagai manusia. Pada saat mahasiswa, bisa melakukan banyak kegiatan dan diskusi dengan banyak teman dan waktu. Masa itu juga menjadi masa bergaul yang menyenangkan dengan sesama mahasiswa dari berbagai fakultas dan daerah. Meskipun makan dengan lauk tempe dan kerupuk diwarung murah meriah lalu minumnya cukup air putih tetapi bila membicarakan idealisme bisa sampai berbusa-busa he..he...

 

Akhirnya, inilah dokumentasi pikiran yang sempat ada dalam bentuk puisi. Mungkin diksi dan pilihan katanya belum sempurna tetapi inilah proses yang telah dijalani. Kurang lebihnya mohon maaf dan bila ada masukan silakan dikomunikasikan. Salam dalam produktivitas. (sb)

 

 

Bontang, 3 Juni 2007

 

 

 

 

Kutanya

 

Kutanya mega

Kutanya margasatwa

Dan kutanyai semua temanku

Dimana hati nuranimu gadisku

                        Yogya, Nop 1983

 

Malam Minggu

 

Malam minggu kelabu

Dengan hujan menderu

Tapi menantang ketenangan kalbuku

Yang bergelut dengan buku

                        Yogya, Nop 1983

 

Imagine

 

Andai Lenon masih hidup

mungkin akan mengajak Reagen dan Gorbachev

untuk membangun museum perang

yang mengoleksi semua rudal dan exocetnya

atau bisa saja

mengajak Marcos rekaman

biar agak bermutu suaranya

 

Andai Lenon masih hidup

akan aku sapa dan kutembak

biar aku seterkenal si Chapman

dan bila Lenon belum mati

akan aku tembak Chapman

biar aku seterkenal Lenon

biar Chapman dan Lenon berdamai

biar Reagen dan Gorbachev berbesan

biar aku, Reagen, Gorbachev, Lenon, Chapman bersepakat

saling membantu Marcos rekaman

biar bermutu suaranya

untuk menangisi dunia

                        Yogyakarta, 28 Peb 1987

 

Di pojok ruang seminar

 

Kertas lusuh

yang terinjak-injak

ternyata naskah seminar

yang baru dibacakan

aku prihatin karenanya

 

            Yogya, Juni 1987

 

Suatu hari di ruang pameran

 

Suatu hari di ruang pameran

Apa yang akan kukerjakan?

Apa yang akan kukatakan?

Apa yang akan kumakikan?

Sedang semuanya berbenah

Sedang semuanya bersiap

Sedang semuanya berbedak

Sedang semuanya berpamer

                        Yogya, Oktober 1987

 

Hening

 

Tik

tik

tik

jam berdenting

detik beradu detik

dan menit mengumpulkannya

dan berpacu tak kenal waktu

dan aku terengah-engah mengejarnya

                        Yogya, 17 Maret 1988

 

Sepi

 

Di tengah kebingaran

aku sendiri

kutoleh kiri

sepi

kutoleh kanan

sepi

aku seolah berada di pojokan

lalu

kuraba hatiku

kugenggam dan kumainkan

biar sepi lebih berarti

                        Yogya, 1988

 

Resah

 

Kudekap resah seresahnya

sendirikah aku?

kupeluk resah bersama gelisahnya

mampukah aku?

aku duduk

aku berdiri

aku tidur dan bangun

apa itu mauku?

            Yogya, 12 April 1988

 

Cinta I

 

Waktu kurasakan

apa itu cinta

yang ada hanya ketidaktahuan

waktu aku tahu bahwa ini cinta

aku diam seribu bahasa

 

Cinta II

 

Cinta begitu abstraknya

cinta begitu semunya

sehingga kadang memporakporandakan makna

 

Cinta IV

 

Kalau boleh aku berkata

bahwa cinta ada dimana-mana

mengalir bagai waktu

dan mengilang bagai bayang

 

Cinta VI

 

Ternyata cinta yang kutangkap

tak lebih dari seekor nyamuk

yang langsung mati

bila kupegang

kalau tak lari

 

Cerita pendek II

 

Sederetan puisi

yang tercabik di hati nurani

dan terserak di kolong ranjang

masihkah ia bergema?

 

Buat nyamuk yang kubunuh

 

Waktu kupukul seekor nyamuk

dan kugencet tubuhnya di bukuku

di situ kutuliskan

seekor nyamuk yang gagah berani

telah mati

di tangan seseorang

yang belum jelas keberaniannya

                        Yogya, 25 Sept 1988

 

Cerita seorang petani

 

Seorang petani

gemetar

mengambil paculnya

lalu

berjalan tertatih

ke sawah

yang dulu miliknya

                        Yogya, 14 Oktober 1988

 

 

Cerita tentang sepatu

 

Sepasang sepatu

yang telah meninggalkan ribuan jejak

kini kuloak

biar jejak tetap berpijak

                        Yogya, 15 Okt 1988

 

Cerita pendek : Mimpi

 

Sepotong kisah

yang tersesat dalam mimpi

diam tak mau kembali

karena malu melihat hari ini

                        Yogya, Juni 1989

 

Cerita tentang burung gereja

 

Dua ekor burung gereja

yang berumah di atas masjid

mendengar kutbah Jum’at

siang ini

 

Yogyakarta, Juni 1989

 

Cerita tentang Kartini

 

Kartini berduka

bukan karena kawin muda

tapi,

tubuh terbuka kaumnya

terpampang di media massa

                        Yogya, Juni 1989

 

Jalan Malioboro

 

Adalah desah belas kasihan

yang dibuat pengemis dan gelandangan

 

adalah makian abang becak

yang merasa dikecewakan

 

adalah senyum pedagang

yang ingin diuntungkan

 

adalah bule tak sopan

yang lalu lalang

 

adalah suara gitar pengamen

yang kadang memaksakan

 

adalah bau gudek lesehan

adalah seniman yang memburu ilham

adalah degup manusia dengan kesibukan dan kengangguran

                        Yogyakarta, juni 1989

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar