Oleh Sunaryo Broto
Pengantar
Untung saja dokumentasi tulisan sewaktu mahasiswa tidak hilang. Hanya terselip diantara tumpukan buku di rumah orang tua di Tegal Asri, Karanganyar, Solo. Tiba saatnya untuk diambil dan hanya menunggu waktu yang tepat. Sewaktu dinas pelatihan Risk Management di Yogyakarta, 23-24 Mei 2007, dinasnya diperpanjang di Yogya untuk rapat menyiapkan konsep SDM Pupuk Kaltim antara lain, grading, analisa jabatan, kompetensi, performance manajement, dan sistem remunerasi. Untuk mengisi waktu –karena menunggu rapat- saya manfaatkan untuk mengangkut barang-barang dari Tegal Asri ke rumah baru, Ndalem Pogung Blok F-82, Yogyakarta. Dimulailah berbenah menata barang-barang yang akan diangkut ke Yogya. Giliran membongkar rak buku ketemulah dokumentasi tulisan itu. Ternyata bukan hanya tulisan puisi tetapi juga beberapa coretan karikatur, kartun dan beberapa gambar kecil yang sempat tertoreh. Lalu ada ide untuk membukukannya. Siapa tahu berguna. Minimal buat diri sendiri dan keluarga. Terutama anak-anak yang memerlukan contoh nyata dari orang tuanya. Anak-anak, inilah karya bapakmu sewaktu mahasiswa. Mungkin masih belepotan. Mungkin masih asal-asalan. Tetapi inilah dekonstruksi pemikiran bapakmu diantara waktu kuliahnya. Kuliah tetap harus diselesaikan karena itu amanat orang tua tetapi waktu yang ada harus dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Jangan sampai waktu berlalu dengan sia-sia. Hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Memang, saya ingin diantara anak saya ada yang mempunyai karya. Entah di bidang apa yang dia sukai. Bisa sastra, lukisan, bangunan, olah raga atau karya politik dllnya. Saya ingin dia bisa tumbuh lebih baik dari bapaknya. Kalau dia bisa lebih bermakna dari bapaknya, saya sebagai orang tua akan merasa senang karena tugas sebagai penghasil generasi yang lebih baik sudah tercapai.
Karya ini saya beri judul Obsesiku, sesuai dengan tulisan yang ada di buku lusuh yang memuat beberapa puisi ini sekitar awal tahun 1988. Untuk sekedar mengenang semangat menulis saat itu dan suasana saat itu yang serba tak jelas arahnya mau kemana.
Tentang tulisan memang tidak semuanya sampai finishing touch. Ada yang baru setengah matang atau seperempat matang atau terlalu matang. Kami tidak bicara kualitas tulisan berbentuk puisi. Tapi tulisan tersebut mewakili pemikiran saat itu. Ada yang sempat dikirimkan ke media masa, ada yang sudah dimuat di buku antologi puisi dll. Kebanyakan hanya pikiran-pikiran selintas di berbagai tempat. Kebanyakan masih di lingkungan Yogya. Tulisan terbanyak di kost-kost, Wisma Dermaga, Klebengan CT VIII/A/1, di pinggir Selokan Mataram, depan Fakultas Peternakan UGM. Lainnya ditulis di ruang kuliah, di ruang pameran, di kampung halaman, di rumah kakek atau di perjalanan dalam sobekan kertas-kertas bekas atau terselip di buku harian. Dimanapun proses berpikir harus tetap dilakukan.
Masa mahasiswa adalah masa yang sangat menyenangkan dalam mengelaborasi proses berpikir. Masa itu bisa dibilang idealisme sebagai manusia. Pada saat mahasiswa, bisa melakukan banyak kegiatan dan diskusi dengan banyak teman dan waktu. Masa itu juga menjadi masa bergaul yang menyenangkan dengan sesama mahasiswa dari berbagai fakultas dan daerah. Meskipun makan dengan lauk tempe dan kerupuk diwarung murah meriah lalu minumnya cukup air putih tetapi bila membicarakan idealisme bisa sampai berbusa-busa he..he...
Akhirnya, inilah dokumentasi pikiran yang sempat ada dalam bentuk puisi. Mungkin diksi dan pilihan katanya belum sempurna tetapi inilah proses yang telah dijalani. Kurang lebihnya mohon maaf dan bila ada masukan silakan dikomunikasikan. Salam dalam produktivitas. (sb)
Bontang, 3 Juni 2007
Kutanya
Kutanya mega
Kutanya margasatwa
Dan kutanyai semua temanku
Dimana hati nuranimu gadisku
Yogya, Nop 1983
Malam Minggu
Malam minggu kelabu
Dengan hujan menderu
Tapi menantang ketenangan kalbuku
Yang bergelut dengan buku
Yogya, Nop 1983
Imagine
Andai Lenon masih hidup
mungkin akan mengajak Reagen dan Gorbachev
untuk membangun museum perang
yang mengoleksi semua rudal dan exocetnya
atau bisa saja
mengajak Marcos rekaman
biar agak bermutu suaranya
Andai Lenon masih hidup
akan aku sapa dan kutembak
biar aku seterkenal si Chapman
dan bila Lenon belum mati
akan aku tembak Chapman
biar aku seterkenal Lenon
biar Chapman dan Lenon berdamai
biar Reagen dan Gorbachev berbesan
biar aku, Reagen, Gorbachev, Lenon, Chapman bersepakat
saling membantu Marcos rekaman
biar bermutu suaranya
untuk menangisi dunia
Yogyakarta, 28 Peb 1987
Di pojok ruang seminar
Kertas lusuh
yang terinjak-injak
ternyata naskah seminar
yang baru dibacakan
aku prihatin karenanya
Yogya, Juni 1987
Suatu hari di ruang pameran
Suatu hari di ruang pameran
Apa yang akan kukerjakan?
Apa yang akan kukatakan?
Apa yang akan kumakikan?
Sedang semuanya berbenah
Sedang semuanya bersiap
Sedang semuanya berbedak
Sedang semuanya berpamer
Yogya, Oktober 1987
Hening
Tik
tik
tik
jam berdenting
detik beradu detik
dan menit mengumpulkannya
dan berpacu tak kenal waktu
dan aku terengah-engah mengejarnya
Yogya, 17 Maret 1988
Sepi
Di tengah kebingaran
aku sendiri
kutoleh kiri
sepi
kutoleh kanan
sepi
aku seolah berada di pojokan
lalu
kuraba hatiku
kugenggam dan kumainkan
biar sepi lebih berarti
Yogya, 1988
Resah
Kudekap resah seresahnya
sendirikah aku?
kupeluk resah bersama gelisahnya
mampukah aku?
aku duduk
aku berdiri
aku tidur dan bangun
apa itu mauku?
Yogya, 12 April 1988
Cinta I
Waktu kurasakan
apa itu cinta
yang ada hanya ketidaktahuan
waktu aku tahu bahwa ini cinta
aku diam seribu bahasa
Cinta II
Cinta begitu abstraknya
cinta begitu semunya
sehingga kadang memporakporandakan makna
Cinta IV
Kalau boleh aku berkata
bahwa cinta ada dimana-mana
mengalir bagai waktu
dan mengilang bagai bayang
Cinta VI
Ternyata cinta yang kutangkap
tak lebih dari seekor nyamuk
yang langsung mati
bila kupegang
kalau tak lari
Cerita pendek II
Sederetan puisi
yang tercabik di hati nurani
dan terserak di kolong ranjang
masihkah ia bergema?
Buat nyamuk yang kubunuh
Waktu kupukul seekor nyamuk
dan kugencet tubuhnya di bukuku
di situ kutuliskan
seekor nyamuk yang gagah berani
telah mati
di tangan seseorang
yang belum jelas keberaniannya
Yogya, 25 Sept 1988
Cerita seorang petani
Seorang petani
gemetar
mengambil paculnya
lalu
berjalan tertatih
ke sawah
yang dulu miliknya
Yogya, 14 Oktober 1988
Cerita tentang sepatu
Sepasang sepatu
yang telah meninggalkan ribuan jejak
kini kuloak
biar jejak tetap berpijak
Yogya, 15 Okt 1988
Cerita pendek : Mimpi
Sepotong kisah
yang tersesat dalam mimpi
diam tak mau kembali
karena malu melihat hari ini
Yogya, Juni 1989
Cerita tentang burung gereja
Dua ekor burung gereja
yang berumah di atas masjid
mendengar kutbah Jum’at
siang ini
Yogyakarta, Juni 1989
Cerita tentang Kartini
Kartini berduka
bukan karena kawin muda
tapi,
tubuh terbuka kaumnya
terpampang di media massa
Yogya, Juni 1989
Jalan Malioboro
Adalah desah belas kasihan
yang dibuat pengemis dan gelandangan
adalah makian abang becak
yang merasa dikecewakan
adalah senyum pedagang
yang ingin diuntungkan
adalah bule tak sopan
yang lalu lalang
adalah suara gitar pengamen
yang kadang memaksakan
adalah bau gudek lesehan
adalah seniman yang memburu ilham
adalah degup manusia dengan kesibukan dan kengangguran
Yogyakarta, juni 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar