
Pengantar :
Awalnya adalah ketertarikan pada hal yang sama, pada dunia menulis terutama pada puisi. Sampai punya keinginan menerbitkan suatu Antologi Puisi di kota Industri yang baru tumbuh ini, Bontang. tetapi hingga akhir-akhir ini kelanjutan dari "respek pada hal sama" tersebut baru pada taraf pemikiran dan rencana-rencana. Atau bisa juga pada pemuatan puisi karya penulis lokal Bontang pada rubrik Ekspresi Buletin Baiturahman, sebuah penerbitan terbatas di lingkungan Pupuk Kaltim yang terbit tiap bulan sekali.
Dan tiba-tia ada "angin puisi" yang berhembus begitu kencang di Bontang. Angin puisi tersebut adalah kedatangan Emha Ainun Nadjib ke Bontang yang akan baca puisi. Ada momentum bagus ini dan tak ingin disia-siakan untuk menyuburkan tunas-tunas dalam penerbitan antologi puisi di Bontang. Dan juga untuk semacam penyambutan pada seorang penyair. Kalau seorang pejabat disambut upacara maka penyair disambut dengan karya puisi. Puisi-puisi ini akan dibacakan pada acara Islam, Puisi dan Emha di Gedung Koperasi PC VI tanggal 11 Juli 1991
Ini juga baru awal. Ini juga baru proses
Bontang, Juli 1993
Tuhan Kau Letakkan Dimana Kami?
Oleh : Sunaryo Broto
Menangguk senja
Rasa getar masih di kepala
Ada yang seharusnya kita coba
Menelurusi waktu yang ada
Memungut detik demi detik
Membuatnya menjadi bermakna
Apa yang kita cari sesungguhnya?
Kewajaran atau aliran deras
Ada yang seharusnya kita raba
Ada yang seharusnya kita lupa
Ada yang seharusnya kita tak apa-apa
Bermain-main dan bermain-main belaka
Garis-garis alur kehidupan
Kita coba pegang ujungnya
Dan gerak pada hidup ini
Hanya ibadah yang membatasi
Tetapi
Kau letakkan dimana kami?
Bontang, Juni 1993
Kita Tetap Menunggu Renta*)
Entah terasa
Ternyata kita berangkat tua
Kesadaran dan perenungan
Menghias pelupuk mata
Nasib yang bergulir
Tak mudah membuatnya menyingkir
Belum cukup umur ternyata
Untuk membuatnya tak tergoda
Dewa-dewa baru temuan kita
Menjadi mempesona
Pasir di tabung kaca
Merembet turun menyisakan jeda
Dosa demi dosa
Kita coba menepisnya
Berjalan memang harus tetap setia
Untuk menghindar pada lobang yang ada
Dan manusia
Tetap akan menunggu renta
Bontang, Juli 1993
*)Dimuat di Rubrik Oase, Republika, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar