Kumpulan Puisi Masa Karyawan
Sunaryo Broto
Cetakan Pertama, Juni 2007
Penerbit :
Bontang,
Pengantar : Dokumentasi Karya
Soal mutu atawa kwalitas itu sangat relatif dan bukan porsi penulis yang menilainya. Biarkan waktu berjalan saja. Yang utama adalah berkarya, perihal apresiasi itu urusan belakangan. Sebaiknya memang memperhatikan kwalitas tetapi kalau menunggu itu keburu habis moodnya. Paralel saja. Kalau sudah menjadi kebiasaan, kwalitas akan muncul seiring sejalan.
Puisi-puisi ini didapat dari buku harian atau Buletin Baiturrahman yang pernah terbit rutin tiap bulan. Sebagian di buku Antologi Puisi atau pernah dimuat di koran. Sebagian lain di coretan-coretan kertas.
Segala sesuatu tentunya disertai harapan. Dengan terdokumentasikannya menjadi sebuah buku maka bisa saja membuat enak untuk membacanya. Yang utama dari itu buku tersebut dapat memberi kegunaan, minimal bagi penulisnya sendiri, atau keluarganya atau rekan-rekan dekatnya atau lainnya. Semoga lingkungan sekitar bisa menyambutnya.
Karya manusia tentunya belum sempurna. Terlebih hanya dari satu pihak, Kiritik dan saran tentunya sangat diharapkan untuk perbaikan karya. Selamat membaca.
Bontang, 11 Juni 2007
Ingin Dekat Allah
Ingin dekat Allah
Dalam Alif Lam Mim
Tersungkur dan tertawa
Harus ada kendala
Ingin dekat Allah
Dengan tajwid menghamba
Hancur dada
Dengan penuh rasa
Bontang 9 Des 1992
Kita Tetap Menunggu Renta*)
Entah terasa
Ternyata kita berangkat tua
Kesadaran dan perenungan
Menghias pelupuk mata
Nasib yang bergulir
Tak mudah membuatnya menyingkir
Belum cukup umur ternyata
Untuk membuatnya tak tergoda
Dewa-dewa baru temuan kita
Menjadi mempesona
Pasir di tabung kaca
Merembet turun menyisakan jeda
Dosa demi dosa
Kita coba menepisnya
Berjalan memang harus tetap setia
Untuk menghindar pada lobang yang ada
Dan manusia
Tetap akan menunggu renta
Bontang, Juli 1993
Aku ingin hidup lebih lapang
Ingin lepas keseharian
Dari rutin nafas tersengal
Menit memacu detik
Tak banyak menyisakan jeda
Saya seperti tak bisa apa-apa
Berita saling mengisi
Dari pelecehan sampai kerja sama
Di mana-mana
Betapa beragamnya negeri ini
Dimana orang mengaji
Di sebelahnya orang saling memaki
Aku ingin hidup lebih lapang
Lepas dari keseharian
Bontang, Mei 1993
Tentang Puisi
Ada sesuatu yang terbentang
Beragam pertanyaan
Beratus pemikiran
Bermacam penyataan
Apa yang menarik dari puisi selain sebagian ilusi
Dan sedikit kata hati
Ada sesuatu yang enggan dihadirkan
Beragam kemungkinan
Bermacam kepastian
Digores derap langkah kaki
Apa yang menarik dari makna puisi selain kata-kata bunyi
Dan sedikit arti
Bontang, Mei 1993
Pada Dasarnya Hanya Akibat
Roda berputar
Teratuk batu
Bukan oleh siapa itu
Ketika titik itu nampak
Pada sebuah pena yang disentuhkan
Pada akhirnya hanya akibat
Ketika sakit terasa
Pada akhirnya hanya akibat
Dari ketidakseimbangan raga
Ketika kematian menjelang
Pada akhirnya hanya akibat
Tugas-tugas hampir usai
Pada akhirnya hanya akibat
Atau sesuatu seperti akibat
Yang tak datang tiba-tiba
Bontang, 13 Nop 1993
Tahajud
Ya Allah
Saya merasa takut
Melihat luka yang semakin akut
Betapa inginnya bercengkerama
Mengurai apa saja
Saya mengaku
tanpaMu hidupku akan kelu
maka aku perlu
berpegang padaMu
Melawan arus pikiran
Dan ketidakpastian gelombang kesadaran
Betapa tak sederhananya
Kemauan umat manusia
Bontang, 27 Peb 1997
Bontang-Jakarta dan Bunga-bunga*)
Kepada Ir. Arifin Tasrif
Selamat pagi jakarta
Masihkah tersisa jejakku
Bau keringat basah
Dan luruh waktu di genggaman jutaan orang
Yang berlari pagi sampai malam
Haruskah kuketuk pintumu keras-keras
Agar jelas
Mana gertakan dan mana erangan
Selamat siang Jakarta
Rasanya aku harus menyapa
Bukan dengan sorot mata
Masih lamat-lamat hinggap di kepala
Deru suara mesik sibuk
Dendang alam dan angin Bukit Sintuk
Begitu menyejuk
Bontang-Jakarta hanya jarak
Dan perpisahan hanya kata-kata usang
Yang tak perlu penghayatan
Untuk sebuah karya
Dimanapun tak ada beda
Selamat malam Jakarta
Buah karya dari Bontang
Akan selalu kukenang
Dalam sedih dan senang
Bontang, 31 Agustus 1995
*) Puisi ini dibacakan sewaktu perpisahan dengan Ir. Arifin Tasrif yang mendapat tugas sebagai Direksi PT Rekayasa Industri, Jakarta.
Bontang-Yogya dan Do’a-do’a*)
Untuk Pak Bambang Waspodo
Entah sudah berapa lama
Kita bersua
Tak juga berbilang waktu
Kita bertemu
Pisah hanya beda tempat
Kita tetap dalam satu waktu
Jangan membuatnya terikat
Yang penting pada satu mau
Tipis beda antara pertemuan dan perpisahan
Seperti mimpi dan khayalan
Sebagian ada yang tak kita sangka
Mengalir begitu saja
Sampai pada suatu ketika
Ternyata kerja harus usai
Besok kami alami juga
Sewaktu mendekati senja
Mungkin banyak kata kita
Mungkin banyak perbuatan kita
Mungkin banyak langkah kita
Mungkin canda
Yang tak berkenan
Antara Bontang-Yogya, jarak menjadi tak terasa
Kini, yang ada hanya do’a-do’a
Buah dari perjalanan kita
Ke depan tetap kita jalin persahabatan
Kita tetap jalin keakraban
Tetap jalin kemungkinan
Pada kita
Doa-doa saja yang kita bisa
Sunaryo Broto
Bontang, 2 Maret 2007
*) Dibacakan sewaktu perpisahan dengan Bambang Waspodo yang pensiun dan pindah ke Yogyakarta.
Banyak
Banyak kata
Banyak tanya
Banyak-banyak
Kata-kata
Tanya-tanya
Tak apa
Siapa yang peduli?
Bontang, 12 April 2007
Senafas
Roda pedati
Bergerak
Menyambung hati
Desah nafas
Merambat
Membuat hidup jadi mengerti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar