Suatu Hari di Bahrain
Apa yang terjadi di suatu negera
Gedung megah dan lampu berhias
Tapi aku hanya berjalan sendiri
diterpa angin gurun pagi
Toko karpet dan cindera mata
Memasang harga sangat tinggi
Diantara show room ferari
Seorang Yaman menganggap saudara
Dengan antusias bercerita
Para perantau orang-orang di negerinya
Seorang pedagang bergaya akrab
Dan menawarkan barangnya
”Harga termurah untuk saudara...”
Tapi ternyata pedagang sama saja
Adzan dhuhur lamat-lamat terdengar
Dan orang lalu-lalang
Toko tetap berjualan
Aku sembahyang di masjid indah nan besar
Majalah dengan iklan mewah
berderet di jalan mobil meriah
BMW sport melaju dengan gadis berbaju you can see di dalamnya
Inikah negeri Arab?
Seorang pekerja Pakistan berkisah
Dia bekerja meninggalkan keluarga
Rela pergi demi dinar di mata
Untuk sebuah cita-cita
Aku hanya sendiri di kamar di negeri jauh
Tanpa sempat melempar sauh
Tanpa koran pagi
Adliya, 11 April 2006
Bahrain, Tak Kusangka
Tak kusangka
Aku mengunjungi bangsa dengan peradaban tua
Sisa peninggalan kuburan masal dan jejak kerajaan Macedonia
Tak kusangka
Aku mengunjungi bangsa yang mengerti budaya
Sebuah museum yang sangat tertata
Tak kusangka
Di negeri Arab ada pariwisata
Kunjungan wisata lebih dari dua juta
Tak kusangka
Aku pergi ke negeri kaya
Seorang Philipina bertanya,”Apa aku tenaga musiman juga?”
Seorang India berbicara dengan cepatnya
”Aku sudah pergi kemana-mana...”
Tetap, Orang Pakistan banyak yang jadi pekerja
Dan orang Indonesia jadi pembantu rumah tangga
Wah!
Pertemuan di Doha
Tak kusangka
Di Bandara Doha banyak tenaga kerja wanita Indonesia
Ada gambar garuda di paspornya
Satu dua pekerja Philipina
Dan Thailand, aku rasa
Wajah-wajah melayu
Dengan lugu
Di sudut ruang tunggu
Mereka sabar meniti waktu
Sedang mau ke mana para nona dan nyonya?
”Kami pergi ke Yordania”
”Kami bekerja di Saudi Arabia”
”Kami mau ke Manama...”
Bahkan ada yang ke Sudan, Afrika
Di Doha
Membuatku dahaga
Mengapa mereka pada mengembara?
Di Karbabad Village
Apakah masih ada desa di sana?
Seorang sopir taksi
Dengan tarif 10 dinar per jam berlagak
”Ini rumah ayahanda raja!”
”Ini toko souvenir kita”
”Ini jalan menuju Saudi Arabia...”
”Ini pulau yang menjadi penjara....”
Kami masih juga melaju
Jalan aspal dan rumah-rumah batu
Rasanya tak ada rumah bambu
”Mana pendudukmu?”
Seorang perajin bersama cucunya
Duduk pada alas sofa
Tak satupun pengunjung jua
Menunggu jualan anyaman daun kurma
Tapi barang termurah 6 dolar Amerika
Di Karbabad
Rasanya hanya lewat
Manama, April 2006
Sejak dulu aku ingin ke sana
Melihat piramide dan bangunan tua
Peradaban lama yang masih tersisa
Patung Ramses di dekat Bandara menyambutnya
”Selamat datang para firaun kami akan melihat hasil karya”
Sungai Nil melintas saja di empat negara
Sungai tertua yang kukenal lewat cerita Nabi Musa
Dimana bayi Musa diletakkan?
Dua orang nelayan berperahu mencari ikan
Di antara gedung megah di kedua sisinya
Taksi Fiat tua berseliweran saja
Gerobak keledai melintas mengangkut kardus bekas
Padatnya mirip dengan Jakarta
Seorang sopir berbicara bahasa Sana
Lihat! Masjid Al-Azhar menyambutnya dengan seribu menara
Gereja-gereja tua di sekitarnya
Burung gagak melintas terbang diantaranya
Dinding-dinding kusam menjadi pembeda
Lukisan papirus di toko cindera mata
Aroma parfum murah ditawarkan di pinggir jalan
Seorang Arab dengan fasih bercerita
Semua tentang dagangannya
Naquib Mahfud berkata, ”Inilah bangsaku! Inilah karya”
Heikal berkisah tentang riwayat Muhammad
”Tapi lihat juga seorang Anwar Sadat!,” katanya.
Nawal El Sadali bercerita tentang seorang perempuan yang tersia-sia
Ada gambar Dido tengah menggiring bola
Kulihat tiga piramide besar di Giza
Tak terlaksana melihat ke Saqqara
Berapa jumlah piramide di sana?
”Mari-mari naik unta...,” seseorang menyambutnya.
”Atau berfoto bersama.”
Kami makan siang di depan patung singa
Ditemani minuman fanta
Kairo dan Mesir
Memang kota tua
Yang masih mempesona
Gedung itu tetap megah berdiri
Memajang benda-benda yang sangat berarti
Kenapa dijaga banyak polisi?
Baru sekali kulihat musium seperti mall
Ramai pengunjung berseliweran
Banyak guide menerangkan dengan bermacam bahasa
Wajah-wajah manca negara
”Mana bahasa Indonesia?”
Patung dan batu-batu berdiri
Emas perak berkilauan berseri
Tertulis nama raja 2.400 Sebelum Masehi
Ada kapal tanpa layar
Ada rumah tanpa penghuni
Ada gambar seperti kitab suci
Ada banyak benda yang sangat berarti
Puluhan mummy terbaring di ruang kaca
Kupandang lekat satu wajah raja
Kulitnya coklat tua
”Benarkah kau yang mengejar Nabi Musa?”
”Benarkah kau yang ingin menguasai dunia?”
Aku ingin cerita pada anak
”Telah kulihat Fir’aun sang raja
Wajahnya tirus dan sangat tua
Kau tahu apa artinya semua?
Bahwa Al-Qur’an itu nyata.”
Museum nasional Mesir
Di Square Tahrir
Puluhan buku wisata bercetak indah tersedia
Banyak berbahasa Inggris, Jerman, Perancis, Turki dan Yunani
”Mana buku yang berbahasa Melayu?”
Aku tak coba melucu
Kairo, April 2006
Di Alexandria
Alexandria, akhirnya aku ke sana
Tak tampak negara Arab
Malah seperti Eropa
Angin berhembus kencang
Perahu dan ombak berkecipakan
Di laut Mediterania
Rasanya banyak orang Turki
Atau lebih banyak lagi Yunani
Juga banyak tinggalan Romawi
Ada pesanggrahan sang raja untuk tamu negara
“Mana Hotel
Wajah Fachri dan Aisyah membayang
Di penghujung Ashar, usai sembahyang
“Ini mercusuar tertua di dunia”
Tapi sudah habis terkena gempa
”Mana makam Luqman?”
Dalam Qur’an, dia begitu sayang anaknya
Di Perpustakaan tua
Di depan ada patung raja
Aku hanya berfoto saja
Di depan patung kepala Sang Legenda
Ada apa di sana?
Kabarnya Archimedes pernah belajar juga
Mana buku-buku tinggalan Cleopatra?
Di Alexandria
Aku kesulitan mencari cindera mata
Kairo, April 2006
Di Hotel Raja, Dokki
Katanya hotel bintang tiga
Dengan lift seadanya
Dan kamar dengan AC manual
Kami mandi dengan air menetes
Pesawat telepon tua dengan putaran
Dan pigura gambar model generasi kakek saya
Seorang resepsionis kristen koptik menyapa
”Aku adalah tamunya,” ungkapnya ramah.
Seorang pria muslim berkumis bercerita tentang Dido dan bola
Tubuhnya ramping tinggi berkumis dan berhidung bangir.
”Kami lima kali juara Piala Afrika,” katanya bangga
Kami sarapan pagi
Pria berwajah India melayani
Apa menu pagi ini?
Sayur kacang merah dan sepotong roti
Dan kami gelontor dengan teh manis
Tanpa nasi
Tak ada buah dan koran pagi
Apa rencana hari ini?
Kairo, April 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar