Di Makam Tuanku Imam Bonjol, Menado
Bangunan itu sederhana
Dengan bentuk atap berjenjang
pada pintu gerbang
Dan sepi menggigitnya
Seperti menjelang kepergian sang tuan
Jauh dari tanah kelahiran
Kau dikuburkan
Si juru kunci tergopoh menyambut
Mulutnya penuh buih bercerita
Tangannya menunjuk kotak sumbangan suka rela
Ah tuanku
Kau perangi Belanda dengan gagah
Seperti termuat dalam buku sejarah
Sungai kecil mengalir
Di rumah istirahat, dipinggir
Aku hampiri tempat sembahyang
Ada wajah membayang
Tuanku
Hanya waktu
Yang membedakan antara kau dan aku
Menado, 2003
Di Benteng Rotterdam, Makasar
Diponegoro, hanya satu kisah
Betapa gagah
Sang pahlawan menjadi nama jalan
Pada hampir setiap kawasan
Di Benteng Rotterdam
Di depan ruang tahanan, aku mengenang
Pintu kayu begitu kokoh membelenggu
Aku tahu tak akan bisa memenjara hatimu
Aku mencoba mencari makammu
Yang tak banyak orang tahu
Di suatu pekuburan sederhana
Di pinggir jalan
Diponegoro
Gambarmu ada di lembar kertas kuno
Seorang pria dengan wajah ulama
Menenteng keris dan mengendara kuda
Diponegoro, hanya satu nama
Ingat masa kanak
Pahlawan dengan sorban di kepala, ada di benak
Sewaktu belajar menggambar
Makasar, 2003
Naik Pesawat
(Setelah tragedi pesawat terbakar di Yogya)
Menjelang senja
Rasa getar ada di kepala
”Ada pengumuman pesawat ditunda”
Duduk di ruang tunggu
Meniti waktu
Aku terkenang saja
Baru kemarin ada pesawat terbakar di Yogya
Tak banyak alternatif pilihan
Pada transportasi perjalanan
Banyak sudah cerita
Kereta yang terlepas relnya
Kapal yang tenggelam bersama
Pesawat yang menghilang di udara
Ramalan cuaca
Aku tatap saja
Petir menyambar membelah udara
Awan hitam menghias langit senja
Rasa getar itu tetap saja
Menjelang keberangkatan pesawat yang tertunda
Semoga semua baik saja
Solo, 8 Maret 2007
Di Kereta Argo
Kereta melaju
Menguak jendela pagi
Siapa yang peduli pada embun dini hari
Dia hanya setitik air tak berarti
Tapi tidak bagi daun tepi
Dihisapnya rejeki
Rumah-rumah pada berlari
Dihempas angin sepoi
Sawah terbentang
Seorang petani meniti
Siapa peduli pada harga pupuk tinggi?
Seorang anak sekolah
Berlari menatap hari
Siapa peduli biaya sekolah tinggi?
Orang-orang pada berjalan
Atau nongkrong di perempatan
Siapa peduli pada pengangguran?
Kereta tetap saja melaju
Sedang nafasku tak juga hilang satu
Solo-Jakarta, 16 April 2007
Sukuh hanya nama tempat
Kami menengok bila sempat
Lereng gunung Lawu yang luas
Indahnya begitu menghias
Sebuah candi teronggok di sana
Ada lingga yoni dengan bentuk seperti aslinya
Juga ada patung kura-kura
Batu bertingkat bersap-sap
Lama setelahnya
Tanaman cengkeh tak berasa
Wortel menjadi tak berharga
Bunga mawar dan krisan begitu juga
Adakah yang lebih indah dari sepotong bunga euphorbia?
Warna-warninya begitu mempesona
Adakah yang lebih indah dari keindahan adenium?
Adakah yang lebih indah dari kegagahan daun anturium?
Seorang petani menjual sapi
Dan mulai menyemai anturium biji
Seorang cukong tertawa
Dan menghitung laba
Karanganyar, 2007
Di Depan Istana Bogor
Memandang rusa-rusa
Padang rumput seperti savana
Seorang anak kecil menyapa
Bergembira menyambutnya
Sedang bangunan istana megah berwibawa
Tinggalan penjajah Belanda
Di pintu gerbang, seorang penjaga tersenyum ramah
Di sekitarnya banyak pedagang buah
Di Istana banyak lukisan dan benda bersejarah
Adakah yang sudah dijarah?
Banyak lagi patung dan guci
Supaya para tamu bisa mengagumi seni
Tuan Presiden kemana?
Nampaknya sedang sibuk bekerja
Mengurusi bencana demi bencana
Yang sepertinya tak akan ada habisnya
Apa hasil pertemuan dengan Presiden Amerika?
Rasanya tak banyak gunanya
Seperti tempat helipadnya
Menjadi sia-sia
Protes sopir angkutan
Yang tak setuju pada kebijakan
Dan kerepotan masyarakat mencari jalan
Seolah hilang ditelan ingatan
Rusa-rusa masih makan bersama
Di depan Istana
Saya ingat novel Pramudya
“Dimana rumah Minke berada?”
Pebruari 2007
Menjenguk Yogya
Melihat lagi Yogya
Umur terasa masih muda
Ingat masa mahasiswa
Pertama ke kota pelajar
Membeli kasur dan papan kayu
Untuk membuat rak buku
Berbenah menata waktu
Makan di warung murah
Dengan menu setengah
Tapi bicara politik dan kuliah
Bisa sampai berbusa-busa dan menambah kuah
Apa kabar teman-teman
Sudah banyakkah pengalaman?
Praktikum dan kuliah menjadi hiburan
Paling enak meminjam catatan
Apa agenda kegiatan?
Kuliah kadang tak sempat
Tetapi malah sibuk rapat
Melihat pameran dan ceramah ilmiah
Lumayan mendapat makan siang murah
Menengok Yogya
Seperti mengenang cerita
Waktu luang waktunya cengkerama
”Ayo ikut demo saja...”
”Naik gunung setujju saja...”
Mengenang kampus biru
Seperti naik gunung semeru
Mengenang Yogya
Umur terasa muda saja
Yogya, Akhir Mei 2007
Jalan-jalan ke Sukuh
Sukuh hanya nama tempat
Kami menengok bila sempat
Lereng gunung Lawu yang luas
Indahnya begitu menghias
Sebuah candi teronggok di sana
Ada lingga yoni dengan bentuk seperti aslinya
Juga ada patung kura-kura
Batu bertingkat bersap-sap
Lama setelahnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar