Jumat, 28 September 2012

Pembuka Salam

Assalamu'alaikum. Salam jumpa di jagad maya pada. Ada saatnya berpikir, ada saatnya berbuat dan ada saatnya berbicara. Akhirnya saya harus membuat alamat blog lagi karena blog saya terancam tergusur. Sebelum tergusur pada Desember 2012 mapa pada 29 Septermer 2012 ini saya harus membuat blog lagi untuk menampung tulisan yang sudah ada di blog lama atau tulisan baru yang perlu publikasi. Sesekali narsis juga diperlukan he..he..

Blog ini saya buat pada siang hari. Setelah sholat dhuhur. Istri sedang baca bbm di kamar, anak ragil sedang melihat film kartun kesukaannya di TV. Anak mbarep sedang latihan jujitsu di sekolahan dan anak tengah sedang latihan musik dengan teman-temannya. Hari Sabtu memang hari menyenangkan karena kita dapat beraktivitas sesuai kehendak masing-masing. Libur dan lepas dari rutinitas.

Saya mengetik pada laptop kecil di rumah, sebuah kompleks perumahan milik perusahaan pupuk terbesar di Indonesia. Di pinggir hutan Taman Nasional Kutai dan agak di tepi laut Selat Makasar. Rumah yang damai dan halamannya yang luas dapat menjadi tempat bersemayam segerombol tupai, burung kutilang, burung perkutut, burung gereja, burung jalak penyu, burung cucak dan beberapa burung singgah lainnya. Ada juga kelinci di belakang rumah. Banyak pohon mangga, alpokat, belimbing, sirsat, sawo, srikoyo, melinjo, jambu, salam, pisang, delima dll. Selebihnya padang rumput tempat halaman menghijau. Berbagai tanaman hias juga menemani. Ada anthurium jenmani, anthurium gelombang cinta, hookeri, anthurium keris, adenium, aglonema, lidah buaya, teratai dll

Langit sedang mendung. Suara petir sesekali datang dengan suara rendah tetapi hujan tak juga turun. Tadi sudah turun sebentar. Angin semilir cukup enak dan menentramkan.

Selamat datang. Selamat menikmati. Salam dari Bontang.




Sabtu, 15 September 2012

Resensi Buku Secangkir Kopi Hitam

Judul buku Secangkir kopi hitam, kumpulan catatan saat mereguk pahit nikmat secangkir kopi hitam. Penulis Nanik Ismiani. Penerbit Leutika Prio. Cetakan Pertama, Agustus 2012. Jumlah 97 halaman.

Secara khusus saya diberi buku ini dari penulisnya langsung. Awalnya mau dikirim ke alamat saya di Bontang tetapi karena saya akan ke Jakarta maka buku ini diberikan langsung di kantornya di sebuah gedung di Kuningan, Jakarta. Saya membuka buku ini sambil diskusi dengan penulisnya. Penulis adalah teman SMA, yang pernah berkecipung dalam bidang pers dan komunikasi. Waktu mahasiswa pernah menulis cerpen di Suara Merdeka. Pernah berkarir sebagai wartawan Tempo dan perusahaan periklanan terkenal, Matari. Sesekali nyambi sebagai dosen ilmu komunikasi sesuai dengan disiplin ilmunya waktu S1. Lama tak ketemu tetapi masih sesekali berkomunikasi. Waktu mahasiswa, pernah bertemu. Dia sebagai aktivis pers kampus universitasnya di Semarang dan saya sebagai awak majalah sebuah universitas di Yogya. Sudah sekitar 29 tahun sejak meninggalkan SMA dan kami sama-sama bekerja di bidang yang berbeda dan lain pulau. Tahu-tahu kami bertemu dan saling membahas karya buku. Rasanya dunia memang kecil he..he..

Cover buku bergambar wajah seorang wanita yang membawa secangkir kopi dalam format hitam putih. Covernya sederhana dan manis. Buku ini diawali dengan pengantar dari penulisnya. Ini hanya catatan, pemikiran, renungan atau sekedar sesuatu entah apa namanya, yang sekilas saat penulis mereguk kopi hitam kesukaannya. Dan memang berisi catatan yang dibagi dalam 4 bab, yaitu kontemplasi, Instropeksi, Refleksi dan Inspirasi. Tulisan berisi beberapa pemikiran dan pengalaman penulis bekerja di beberapa tempat.

Dalam kontemplasi dan instropeksi, tulisan kebanyakan diambil dari tulisan kolomnya dari beberapa majalah yang yang dikomandoinya. Sejak keluar dari majalah Tempo, Nanik menangani beberapa majalah komunitas. Ada yang tulisan kolom yang bercerita tentang Sophan Sophian atau Luna Maya. Juga sekilas kritikan tentang politik, pemimpin negeri dan korupsi. Semua dikemas dalam catatan sekilas.

Tulisan Refleksi dan Inspirasi banyak berisi kisah tentang perjalanan hidupnya. Cerita tentang kesetiakawanan, pekerjaan, mimpi dan angan-angan. Ada juga yang bercerita tentang buku yang ditulis Daniel H Pink yang berjudul a Whole New Mind, sebuah pemikiran baru untuk masa depan yang mengedepankan peran otak kanan, tempat produksi kreativitas. Peran otak kiri yang matematis sudah lewat. Saatnya peran otak kanan yang mendominasi karena perlunya kreativitas, emphatic, artistic dllnya

Ada yang menarik dalam tulisan yang diletakkan di ujung buku, Pelajaran dari Tompa (bukan, Tempo). Tulisan dalam judul ini berisi 13 halaman merupakan tulisan terpanjang dari catatan per judul. Mungkin penulis bercerita sambil menghayati ceritanya. Layak juga dijadikan cerpen he..he.. Ini cerita tentang kucing dan Tompa adalah nama kucing kesayangan penulis. Penulis secara telaten dan penuh kasih sayang memelihara kucing yang “dikirim Tuhan” untuk dipeliharanya. Kucing yang mempunyai kelainan di peristaltic otot usus dan harus minum obat selamanya. Penulis harus mencari obat khusus, makanan khusus, pasir khusus dan rumah sakit khusus kucing bila Tompa sakit. Sebuah cerita yang menyentuh dan tidak biasa.

Ini memang buku ringan yang enak dibaca sambil bepergian. Di sela waktu menunggu atau di perjalanan. Saya pun membaca waktu bepergian di Jakarta dan langsung saya habiskan dalam beberapa hari saja. Tulisan memang enak dikunyah. Seperti halnya mengunyah kacang. Belum selesai kalau belum habis. (Bontang 15 September 2012)

 

Selasa, 07 Agustus 2012

Buku dan Saya




Buku dan saya, tak jauh letaknya. Sejak kecil saya telah bergaul dengan buku. Di sekitar saya selalu ada buku. Di rumah banyak buku di rak buku. Di sekitar tempat tidur juga berserakan buku yang saya baca sebagai pengantar tidur.

Beberapa buku yang memuat beberapa karya saya. Saya mulai dengan buku antologi puisi sosial mahasiswa, Biarkan Kami Bermain yang diterbitkan oleh Majalah Balairung UGM sekitar tahun 1987. Buku ini pengantarnya oleh Emha Ainun Nadjib dan penutupnya oleh Ahmadun Yosi Herfanda. Ini buku pertama saya yang tentunya saya kenang dengan amat manis. Setelah itu ada buku antologi puisi Islam Hijrah yang diterbitkan Jamaah Shalauddin UGM menjadi buku kedua saya. Pengantar buku ini oleh Prof. Dr. Rahmat Djoko Pradopo dari Fak. Sastra UGM. Masih ada lagi buku kumpulan puisi Balada Manusia Industri yang terbit waktu saya menjadi karyawan di Pupuk Kaltim.

Selanjutnya buku terbit mengiringi karya. Ada beberapa buku terbit dari Kalimantan Timur yang menyertakan karya saya. Di antaranya dari Kantor Bahasa Pemprov Kaltim, yaitu Pengarang Kalimantan Timur dan Ensiklopedi Sastra Kaltim. Lalu setelah itu buku-bukunya dari Korie Layun Rampan yang mengumpulkan karya sastra para penulis di Kalimantan Timur, termasuk karya saya pada tahun 2011. Buku-bukunya adalah Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia. Buku-buku tersebut merupakan dokumentasi sastra paling lengkap di Kalimantan Timur.

Tahun 2012 terbit buku Narasi Tembuni yang merupakan salah satu puisi terbaik dari Komunitas Sastra Indonesia. Buku ini memuat salah satu puisi saya, Kutukan Kudungga dan puisi lain dari para penyair di seluruh Indonesia.

Karya akan tetap berjalan dan tak ada hari tanpa membaca dan menulis.

Rabu, 09 Mei 2012

Publikasi Karya


Foto di Lensa Kaltim Post

Bontang Membaca. Mencoba berkarya lewat tulisan dan foto. Tulisan ada yang berbentuk artikel, essay, cerpen atau puisi. Semua saya suka. Artikel beberapa tentang SDM atau essay sastra. Untuk cerpen berbagai hal bisa dikemas dalam bentuk cerpen. Foto yang human interset saya suka. Beberapa sudut kota Bontang dan juga di segala penjuru tanah air. Hampir semua daerah di Indonesia telah saya dokumentasikan. dari Medan sampai Papua. Kanyak koleksi foto tentang anak-anak. Semua telah dipublikasikan dan dimuat di Kaltim Post, Bontang Post, Majalah Karya Bangsa, Media Pupuk Kaltim dll. Semoga semua ada gunanya. Tinggalkan jejak dengan karya. Tiada hari tanpa membaca atau menulis.

Sabtu, 28 Januari 2012

Peletakan Batu Pertama SD Alam


Memberi sambutan mewakili Yayasan

Dalam gerimis hujan di Jl. Pipa Km 2 Bontang, dilakukan peletakan batu dan kayu pertama untuk pembangunan SD Alam Baiturrahman pada Sabtu, 28 Januari 2012. Peletakan batu pertama kali dilakukan Wakil Walikota Bontang, Isro’ Umarganie dilanjutkan oleh Sekretaris Yayasan Baiturrahman, Sunaryo Broto dan Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Baiturrahman, Sarwani. Hadir dalam acara tersebut 300 orang yang terdiri dari siswa SD Alam, orang tua siswa, para guru dan panitia dll. Dalam sambutannya Isro mendukung pengembangan SD Alam yang menekankan pendidikan karakter pada anak. Pendidikan karakter ini penting karena akan membentuk karakter manusia. Lebih penting dari sekedar intelektualitas.

Peletakan batu pertama ini sebagai kelanjutan pengembangan SD Alam Baiturrahman yang sebelumnya menempati area TK Alam di Kompleks Masjid Baiturrahman. TK Alam Baiturrahman didirikan tahun 2006 hasil kerja sama Bidang Pendidikan Yayasan Baiturrahman dengan Yayasan Alam Semesta Bogor. Luas area untuk pembangunan SD Alam adalah 18.917 m2. Konsep bangunan mempertahankan kondisi aslinya yang berbukit-bukit dan meminimalkan menebang pohon atau menguruk tanah. Menggunakan sebanyak mungkin material alam (green architecture). Desain bangunan selaras dan menyatu dengan kondisi alam yang asri. Memanfaatkan potensi energi alam yang berlimpah seperti matahari, angin dan biogas. Begitu juga dengan daur ulang limbah padat, limbah cair dan pemanfaatan air hujan, air bekas wudlu dimanfaatkan kembali.

Dalam plot plan SD Alam selain bangunan ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, juga dibangun fasilitas plaza terbuka, kandang kambing, kandang sapi, kompos, kolam buatan, area outbond dll. Semua bangunan diusahakan dengan kayu.

Menurut Kepala Sekolah SD Alam, Muthmainnah, Visi SD Alam adalah terbentuknya generasi pengelola semesta sejati yang berkepribadian Islam. Misinya adalah menyiapkan generasi mandiri yang peduli alam semesta dengan berlatih dan membiasakan beakhlaq baik, serta kreatif. Di Kalimantan Timur hanya ada 2 SD Alam.

Pembangunan SD Alam ini selain usaha para guru dan pengurus yayasan, melibatkan juga orang tua siswa. Lahan di belakang SMP Negeri 5 Bontang sudah dibayar sekitar Rp300 juta. Masih ada kekurangan dana sekitar Rp1,5 milyar. “Bagi donatur yang mau investasi akhirat tersedia program wakaf tunai sebesar Rp100.000 per meter persegi.” Lanjut sarwani.

Sebelum peletakan batu pertama, dilakukan Khotmil Qur’an oleh santri SD Alam. Ditampilkan juga demonstrasi baca Al-Qur’an oleh salah seorang siswa bernama Yesi dan dilakukan test tebuka oleh Koordinator Pusat Qira’ati. Ditampilkan juga kreasi musik SD Alam yang memanfaatkan barang bekas dan sering tampil di acara lingkungan Masjid Baiturrahman, The Loak. Group ini dikoordinir oleh para guru TK dan SD Baiturrahman. (*/sb)

Kamis, 12 Januari 2012

Reuni Akbar Teknik Kimia UGM 2011


Sambutan acara reuni akbar oleh Ketua Jurusan, Dr Fahrurrozi

Jurusan Teknik Kimia UGM mempunyai hajatan program Transfer to Transform dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke 65 pada tanggal 18 Pebruari 2011. Acara tersebut dimeriahkan dengan Reuni Akbar Alumni Teknik Kimia 2011 yang berlangsung di Aula Gedung KPTU, Fak Teknik UGM.

Alumni yang hadir sekitar 300 orang dari seluruh pelosok tanah air. Mulai dari alumni pertama (Tahun 51) yaitu Ibu Dewi hingga alumni terbaru tahun 2011. Seluruh mantan Ketua Jurusan juga hadir baik yang masih aktif sebagai PNS maupun yang sudah pensiun (Prof. Dr Bambang Suhendro MSc DE Sc, Dr. Ir. Warniati Agra, Prof Dr Wahyudi Budi Setyawan, Prof Dr I Made Budiyasa, Prof Dr Suryo Purnomo), dan tidak ketinggalan salah satu ketua jurusan di era tahun 64-an yang pernah menjadi Dirjen dan Dirut Pusri yang manjadi salah satu sosok terpenting di industri petrokimia Indonesia (Bpk. Ir. Wardijasa). Hadir juga para alumni yang telah menjadi direksi antara lain Direktur Tekbang Pusri Holding Ir. Mustofa, Dir Produksi Pusri Holding Ir. Indrajaya, Dir Kaltim Methanol Industri Ir. Agus dll Tak ketinggalan pula para pegawai administrasi yang telah pension juga datang.

Ketua Jurusan Teknik Kimia UGM Ir. Muhammad Farurrozi MSc. PHd (Alumni TK angkatan 1983) menyambut para tamu undangan dan memberi pengantar terhadap kegiatan tersebut. Dilanjutkan dengan kuliah tamu dari Komisaris Utama PTP V, Ir. Maruli Gultom dengan topic Kiat-kiat upaya tranformasi dalam rangka membangun learning organization. Mantan Direktur Astra Agro Lestari tersebut mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah tim kerja 90% ditentukan oleh attitude dan hanya 10% ditentukan oleh knowledge.
Di sela acara, dilakukan launching temuan tim peneliti yang diketuai oleh staf pengajar TK UGM, Ir. Edia Rahayuningsih MSc. Produk yang dihasilkan adalah bahan pewarna biru alami yang diperoleh dari ekstrak daun tanaman indigo. Bahan tersebut sudah dikomersialkan sebagai pewarna kain batik. Dilakukan juga presentasi program2 pengembangan Jurusan Teknik Kimia UGM.
Ketua Panitia Reuni Akbar 2011, Dr. Wiratni mempresentasi program-program pengembangan Jurusan Teknik Kimia UGM dan mengenalkan para staf pengajar TK UGM. Program pengembangan Jurusa TK UGM dengan pembenahan kampus dan ditata menjadi ruangan yang bernuansa tekno. Ditawarkan pada industry bila tertarik menjadi sponsor dan nanti nama industry tersebut bisa menjadi nama ruangan. Misalnya ada ruang Pupuk Kaltim, bila PKT menjadi sponsor pembangunan ruangan tersebut.

Program lain adalah program penelitian. Ada banyak program penelitian yang telah dilakukan. Diantaranya yang dilakukan Dr. Siti Syamsiah, Koordinator Program Waste Refinary UGM memanfaatkan limbah sampah buah di pasar Gamping sekitar 4 ton/hari untuk dikonversikan menghasilkan 300 m3 biogas/hari. Dengan jumlah tersebut, mampu menghasilkan tenaga listrik 500 KW.
Untuk program pribadi alumni yaitu pemberian beasiswa kepada mahasiswa TK UGM yang mempunyai prestasi akademik bagus tetapi memerlukan biaya. Ada beberapa angkatan yang telah menyatakan komitmennya untuk menyumbang beasiswa. Diantaranya, Angkatan 2000 memberikan Rp 3.000.000 / semester, sudah termasuk uang makannya per bulan. Angkatan 1995 memberikan Rp 300.000 / bulan, untuk biaya hidup. Angkatan 2004 memberikan beasiswa Kuliah (Rp 2.040.000 - Rp 2.340.000). Angkatan 2003 memberikan beasiswa kuliah hanya untuk bayar SKS (Rp 1.500.000). Angkatan 1983 bersedia membantu beasiswa untuk 2 orang mahasiswa.

Beberapa perusahaan turut mendukung acara ini sebagai sponsor antara lain PT. Kaltim Metanol Industri, PT. Pupuk Kujang, PT. Global Haditech, PT.Pupuk Kaltim, PT. Semen Baturaja, PT. Semen Gresik, PT. Iglas, PT.Petrokimia Gresik, PT. Pusri (Holding) dan Ikatan Alumni Teknik Kimia di PT. Semen Tonasa.

Dana yang terkumpul dalam Reuni Akbar ini disamping untuk pelaksanaan acara reuni juga untuk seed money persiapan akreditasi internasional untuk program S1 Teknik Kimia UGM melalui IChemE (The Institution of Chemical Engineer/London).(sb)

Berbasah di Pulau Beras Basah


Di Pelabuhan Tanjung Laut

Sekali-kali meluangkan waktu melihat pemandangan sekitar Bontang. Kami bersama teman-teman kantor rekreasi ke sekitar Bontang. Dua point, kebersamaan dan kesegaran bisa didapat. Biaya juga relative lebih murah. Yang utama anak-anak senang. Lagian sudah lama tidak menikmati Beras Basah.

Kami, rombongan sekitar 34 orang bersama anak-anak, naik perahu kayu dari Pelabuhan Tanjung Laut. Perahu berkapasitas 40-an orang tersebut dicarter 1 hari dengan route Tanjung Laut, Desa Selangan Laut, Pulau Beras Basah dan makan siang di tengah laut Tanjung Laut Indah. Sewa perahu sekitar Rp1 juta. Tetapi kalau berpikir safety harus membawa pelampung sendiri karena di perahu tak tersedia pelampung sesuai jumlah penumpang. Kami meminjam pelampung milik Dep. Pelayanan Umum.

Perahu merambat pelan dari pelabuhan. Kami nikmati pemandangan rumah-rumah kayu nelayan di pinggir laut. Banyak kapal kayu yang berlabuh di situ. Ada beberapa yang sedang direpair. Kami melewati rumah makan Singapura-(pura) dengan patung merlion yang mulai ada warna hitamnya. Perahu tetap merambat pelan saja. Bunyi mesinnya begitu dominant. Ada beberapa mercu suar dan buih sebagai rambu-rambu laut. Mulai masuk ke laut lepas. Pemandangan LNG Badak mulai mengecil. Satu dua perahu kecil dengan mesin tempel melaju. Satu perahu ponton besar sedang mengangkut pasir. Angin semilir dari sisi perahu dan sinar matahari jam 9-an mulai terik.

Ada sekitar 1 jam kami sampai di Pulau Beras Basah. Sebenarnya bisa lebih cepat kalau kecepatan perahu ditambah. Tetapi, seperti kata Pak Parman, ketua panitia, laju perahu sengaja diperlambat supaya bisa menikmati, kata pengelola perahu. Dari jauh Pulau Beras Basah mulai kelihatan dengan pohon kelapa dan menara mercu suarnya sebagai ciri khasnya. Sudah ada beberapa perahu parkir di dermaga kayu. Juga banyak pengunjung bermain di pasir pinggir pulau. Saya terakhir ke Beras Basah sudah lebih dari 10 tahun lalu. Rasanya pulaunya tambah kecil. Memang sudah dibangun semacam tanggul dari batu dan semen untuk menahan abrasi air laut. Sudah ada dermaganya dari kayu. Perahu merapat ke dermaga.

Ada beberapa pengunjung yang telah duduk-duduk di situ. Beberapa di antaranya memancing. Kalau dulu hanya ada 1 bangunan rumah untuk penjaga mercu suar, sekarang sudah ada beberapa bangunan dari kayu. Ada warung-warung semi permanent dari kayu. Pohon pandan laut masih ada dan tambah rimbun. Banyak juga pohon kelapa yang bisa menambah kerimbunan. Pengunjung tambah ramai. Dalam kelompok-kelompok kecil dengan membawa bekal makanan sendiri. Warung di situ belum ada yang jualan makanan, yang ada hanya snack dan minuman ringan.

Kami lalu menggelar tikar di atas rumput di bawah pohon kelapa di pinggir laut. Anak-anak sudah tak sabar langsung berlari ke tepi laut. Para ibu dan bapaknya mengobrol di bawah hembusan angin laut yang agak panas. Anak-anak berlari mencari kerang karena ada lomba mengumpulkan kerang. Mereka juga mandi sambil bermain bintang laut.

Ada 2 jam lebih kami menikmati pulau. Berjalan mengitari pulau dan mendekat menara mercu suar. Menara ini memakai tenaga listrik tenaga surya. Terlihat panel surya di atapnya. Berjalan menyusuri pinggir pulau yang airnya mulai surut. Banyak kerang-kerang kecil, teripang atau batu karang sisa. Juga hewan kecil pong-pongan, jenis hewan berbuku kecil yang menempati cangkang kerang kecil sebagai rumahnya. Banyak bintang laut di pinggir perairan. Bila mandi di laut, tersedia tempat bilas dengan air tawar. Ada 2 pondok dengan harga Rp 5.000 per jerigen, atau Rp10.000 tanpa dibatasi jerigen.

Sekitar jam 12, kami meninggalkan pulau menuju arah Selangan. Desa Selangan tidak bisa dilayari karena laut sedang surut. Selangan adalah pemukiman penduduk yang berumah kayu di atas laut. Awalnya hanya sedikit penduduk sebagai tempat singgah nelayan sambil memelihara keramba ikan. Lama kelamaan menjadi sebuah desa di atas laut dengan rumah kayunya. Kami mau makan siang di sebuah anjungan rumah di tengah laut milik Pak Tahir, salah seorang mitra binaan Dep. PKBL yang mempunyai usaha keramba.

Di antara rintik hujan sampailah kami di pondokan Pak Tahir. Ada 2 rumah kayu dan ruang yang luas. Ada tempelan stiker logo PKT besar di dindingnya. Di pinggirnya ada lebih dari 80-an petak keramba yang berisi banyak ikan. Dari jauh pabrik LNG badak kelihatan. Di ruang terbuka tengah telah tersaji makan siang dengan menu ikan kerapu bakar. Wah! Baru bau aromanya saja sudah mengundang perut yang memang sudah keroncongan. Ditambah rintik hujan di tengah laut. Kami nikmati saja makan siang dengan lahapnya. Ikan segar yang baru saja dibakar tiada duanya rasanya nyam-nyam he..he..

Seusai makan, limbah ikan langsung dimasukkan ke keramba dan ikan dengan lahap memakan tulang-tulang ikan. Tanpa dikomando, anak-anak langsung gembira memberi makan ikan. Limbah ikan sisa makan dimasukkan ke keramba dan mereka bersorak bila ikan dengan rakus berebut memakannya. Anak-anak mengumpulkan sisa ikan sampai habis dan menunggu yang sedang makan ikan. Rasanya gimana kalau makan ikan asin ditunggu kucing di dekatnya sambil mengeong. Ini lebih dari makan ikan yang ditunggu kucing he..he..

Saya bertemu Tahir, pemilik restoran di tengah laut tersebut. Usianya sekitar 45 tahun. Sejak usia 8 tahun sudah di Bontang. Dialah salah seorang kontributor yang menjadikan Pupuk Kaltim menerima Danamon Award sebagai penyalur dana CSR sekitar 3 tahun lalu. Semua makanan yang disajikan dimasak dari darat di Bontang tetapi ikannya dibakar di pondokan. Dia bersama keluarganya bila ada pesanan ke pondokan untuk melayani pesanan. Katanya direksi dan istri sering ke tempat tersebut. “Biasanya dari bandara langsung ke sini,” kata Tahir.

Dia cerita tentang usaha ikan kerapu. Ada lebih dari 60 petak keramba di sekitar pondokannya. Ikan kerapu tersebut dieksport ke Hongkong dan Jepang. Sekali lagi dieksport. Sekitar 3 bulan sekali eksportir mengambil ikannya bila telah berukuran sekitar 1 kg per ekor. Dari keramba milik Tahir menghasilkan sekitar 3 ton ikan. Di Bontang ada sekitar 7 ton yang diekspor dalam waktu 3 bulan. Harganya? Paling murah ikan kerapu lumpur sekitar Rp170rb per kg. Paling mahal ada yang sampai Rp500 ribu per kg. Ada kerapu tikus harganya sekitar Rp370 ribu. Ada ikan jenis Napoleon. Memang, sewaktu ke Batam harga soup ikan kerapu di sebuah restaurant sekitar Rp300 ribu per porsi. Beda jauh dengan harga ikan kerapu di pasar yang hanya sekitar Rp15 ribu per kg. Kok di pasar Bontang harga ikan kerapu murah? “Itu yang rejeck atau ukurannya tidak sesuai untuk dieksport. Atau ikan hasil tangkapan nelayan yang jumlahnya relative kecil,” kata Tahir. Di sekitar pondokan Tahir juga ada beberapa rumah kayu yang berdiri dengan beberapa keramba. Juga di Desa Selangan ada belasan rumah yang memelihara keramba ikan. Sebuah peluang usaha yang menarik dengan membuka keramba.

Saya juga ketemu juga dengan penjaga pondok dan keramba, Ijai sewaktu berwudhu dengan air hujan di talang atapnya. Ijai hanya lulusan SMP sekitar 4 tahun lalu. Dia ke Bontang 4 tahun lalu dan baru 3 bulan jaga pondokan. Ada 3 orang teman yang menjaga pondok tersebut. Dia bertugas memberi makan ikan dalam keramba. Makannya ikan kecil-kecil yang didapat dari jarring. Sekitar jam 14-an penjaga ikan yang lain memeberi makan ikan kerapu dengan ikan kecil-kecil.

Di antara hembusan angin laut dan hawa dingin hujan membuat kami ingin lebih lama menikmati pondok ikan tersebut. Kami nikmati sambil mengobrol untuk menambah keakraban. Wah kalau perlu sekali-sekali menginap di sini he..he.. Tapi waktu tetap saja membatasi. Sekitar jam 15 kami pamitan. Kapal melaju pelan menuju pelabuhan. Hampir semua penumpang terlelap dalam tidurnya. Diantara hembusan angin, dingin udara hujan dan deru suara mesin, saya ingat cerita salah satu anak buah kapal. Usianya sekitar 40—an dan sudah berkeluarga. Dia baru satu hari di Bontang setelah datang dari Sorong, Papua. Dia sekeluarga suka pindah-pindah sesuai dengan pekerjaannya. Pernah merantau di Makasar dan Papua untuk beberapa tahun. Dengan kapal jenis ini dia mengarungi laut dari Papua, Makasar sampai Bontang. Berapa lama ditempuh? Bisa berminggu-minggu. Ada sekitar 20 menit menyusuri laju kapal dan sampailah di pelabuhan Tanjung Laut. (*/Sunaryo Broto)