Sabtu, 15 September 2012

Resensi Buku Secangkir Kopi Hitam

Judul buku Secangkir kopi hitam, kumpulan catatan saat mereguk pahit nikmat secangkir kopi hitam. Penulis Nanik Ismiani. Penerbit Leutika Prio. Cetakan Pertama, Agustus 2012. Jumlah 97 halaman.

Secara khusus saya diberi buku ini dari penulisnya langsung. Awalnya mau dikirim ke alamat saya di Bontang tetapi karena saya akan ke Jakarta maka buku ini diberikan langsung di kantornya di sebuah gedung di Kuningan, Jakarta. Saya membuka buku ini sambil diskusi dengan penulisnya. Penulis adalah teman SMA, yang pernah berkecipung dalam bidang pers dan komunikasi. Waktu mahasiswa pernah menulis cerpen di Suara Merdeka. Pernah berkarir sebagai wartawan Tempo dan perusahaan periklanan terkenal, Matari. Sesekali nyambi sebagai dosen ilmu komunikasi sesuai dengan disiplin ilmunya waktu S1. Lama tak ketemu tetapi masih sesekali berkomunikasi. Waktu mahasiswa, pernah bertemu. Dia sebagai aktivis pers kampus universitasnya di Semarang dan saya sebagai awak majalah sebuah universitas di Yogya. Sudah sekitar 29 tahun sejak meninggalkan SMA dan kami sama-sama bekerja di bidang yang berbeda dan lain pulau. Tahu-tahu kami bertemu dan saling membahas karya buku. Rasanya dunia memang kecil he..he..

Cover buku bergambar wajah seorang wanita yang membawa secangkir kopi dalam format hitam putih. Covernya sederhana dan manis. Buku ini diawali dengan pengantar dari penulisnya. Ini hanya catatan, pemikiran, renungan atau sekedar sesuatu entah apa namanya, yang sekilas saat penulis mereguk kopi hitam kesukaannya. Dan memang berisi catatan yang dibagi dalam 4 bab, yaitu kontemplasi, Instropeksi, Refleksi dan Inspirasi. Tulisan berisi beberapa pemikiran dan pengalaman penulis bekerja di beberapa tempat.

Dalam kontemplasi dan instropeksi, tulisan kebanyakan diambil dari tulisan kolomnya dari beberapa majalah yang yang dikomandoinya. Sejak keluar dari majalah Tempo, Nanik menangani beberapa majalah komunitas. Ada yang tulisan kolom yang bercerita tentang Sophan Sophian atau Luna Maya. Juga sekilas kritikan tentang politik, pemimpin negeri dan korupsi. Semua dikemas dalam catatan sekilas.

Tulisan Refleksi dan Inspirasi banyak berisi kisah tentang perjalanan hidupnya. Cerita tentang kesetiakawanan, pekerjaan, mimpi dan angan-angan. Ada juga yang bercerita tentang buku yang ditulis Daniel H Pink yang berjudul a Whole New Mind, sebuah pemikiran baru untuk masa depan yang mengedepankan peran otak kanan, tempat produksi kreativitas. Peran otak kiri yang matematis sudah lewat. Saatnya peran otak kanan yang mendominasi karena perlunya kreativitas, emphatic, artistic dllnya

Ada yang menarik dalam tulisan yang diletakkan di ujung buku, Pelajaran dari Tompa (bukan, Tempo). Tulisan dalam judul ini berisi 13 halaman merupakan tulisan terpanjang dari catatan per judul. Mungkin penulis bercerita sambil menghayati ceritanya. Layak juga dijadikan cerpen he..he.. Ini cerita tentang kucing dan Tompa adalah nama kucing kesayangan penulis. Penulis secara telaten dan penuh kasih sayang memelihara kucing yang “dikirim Tuhan” untuk dipeliharanya. Kucing yang mempunyai kelainan di peristaltic otot usus dan harus minum obat selamanya. Penulis harus mencari obat khusus, makanan khusus, pasir khusus dan rumah sakit khusus kucing bila Tompa sakit. Sebuah cerita yang menyentuh dan tidak biasa.

Ini memang buku ringan yang enak dibaca sambil bepergian. Di sela waktu menunggu atau di perjalanan. Saya pun membaca waktu bepergian di Jakarta dan langsung saya habiskan dalam beberapa hari saja. Tulisan memang enak dikunyah. Seperti halnya mengunyah kacang. Belum selesai kalau belum habis. (Bontang 15 September 2012)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar