Sabtu, 28 Januari 2012

Peletakan Batu Pertama SD Alam


Memberi sambutan mewakili Yayasan

Dalam gerimis hujan di Jl. Pipa Km 2 Bontang, dilakukan peletakan batu dan kayu pertama untuk pembangunan SD Alam Baiturrahman pada Sabtu, 28 Januari 2012. Peletakan batu pertama kali dilakukan Wakil Walikota Bontang, Isro’ Umarganie dilanjutkan oleh Sekretaris Yayasan Baiturrahman, Sunaryo Broto dan Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Baiturrahman, Sarwani. Hadir dalam acara tersebut 300 orang yang terdiri dari siswa SD Alam, orang tua siswa, para guru dan panitia dll. Dalam sambutannya Isro mendukung pengembangan SD Alam yang menekankan pendidikan karakter pada anak. Pendidikan karakter ini penting karena akan membentuk karakter manusia. Lebih penting dari sekedar intelektualitas.

Peletakan batu pertama ini sebagai kelanjutan pengembangan SD Alam Baiturrahman yang sebelumnya menempati area TK Alam di Kompleks Masjid Baiturrahman. TK Alam Baiturrahman didirikan tahun 2006 hasil kerja sama Bidang Pendidikan Yayasan Baiturrahman dengan Yayasan Alam Semesta Bogor. Luas area untuk pembangunan SD Alam adalah 18.917 m2. Konsep bangunan mempertahankan kondisi aslinya yang berbukit-bukit dan meminimalkan menebang pohon atau menguruk tanah. Menggunakan sebanyak mungkin material alam (green architecture). Desain bangunan selaras dan menyatu dengan kondisi alam yang asri. Memanfaatkan potensi energi alam yang berlimpah seperti matahari, angin dan biogas. Begitu juga dengan daur ulang limbah padat, limbah cair dan pemanfaatan air hujan, air bekas wudlu dimanfaatkan kembali.

Dalam plot plan SD Alam selain bangunan ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, juga dibangun fasilitas plaza terbuka, kandang kambing, kandang sapi, kompos, kolam buatan, area outbond dll. Semua bangunan diusahakan dengan kayu.

Menurut Kepala Sekolah SD Alam, Muthmainnah, Visi SD Alam adalah terbentuknya generasi pengelola semesta sejati yang berkepribadian Islam. Misinya adalah menyiapkan generasi mandiri yang peduli alam semesta dengan berlatih dan membiasakan beakhlaq baik, serta kreatif. Di Kalimantan Timur hanya ada 2 SD Alam.

Pembangunan SD Alam ini selain usaha para guru dan pengurus yayasan, melibatkan juga orang tua siswa. Lahan di belakang SMP Negeri 5 Bontang sudah dibayar sekitar Rp300 juta. Masih ada kekurangan dana sekitar Rp1,5 milyar. “Bagi donatur yang mau investasi akhirat tersedia program wakaf tunai sebesar Rp100.000 per meter persegi.” Lanjut sarwani.

Sebelum peletakan batu pertama, dilakukan Khotmil Qur’an oleh santri SD Alam. Ditampilkan juga demonstrasi baca Al-Qur’an oleh salah seorang siswa bernama Yesi dan dilakukan test tebuka oleh Koordinator Pusat Qira’ati. Ditampilkan juga kreasi musik SD Alam yang memanfaatkan barang bekas dan sering tampil di acara lingkungan Masjid Baiturrahman, The Loak. Group ini dikoordinir oleh para guru TK dan SD Baiturrahman. (*/sb)

Kamis, 12 Januari 2012

Reuni Akbar Teknik Kimia UGM 2011


Sambutan acara reuni akbar oleh Ketua Jurusan, Dr Fahrurrozi

Jurusan Teknik Kimia UGM mempunyai hajatan program Transfer to Transform dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke 65 pada tanggal 18 Pebruari 2011. Acara tersebut dimeriahkan dengan Reuni Akbar Alumni Teknik Kimia 2011 yang berlangsung di Aula Gedung KPTU, Fak Teknik UGM.

Alumni yang hadir sekitar 300 orang dari seluruh pelosok tanah air. Mulai dari alumni pertama (Tahun 51) yaitu Ibu Dewi hingga alumni terbaru tahun 2011. Seluruh mantan Ketua Jurusan juga hadir baik yang masih aktif sebagai PNS maupun yang sudah pensiun (Prof. Dr Bambang Suhendro MSc DE Sc, Dr. Ir. Warniati Agra, Prof Dr Wahyudi Budi Setyawan, Prof Dr I Made Budiyasa, Prof Dr Suryo Purnomo), dan tidak ketinggalan salah satu ketua jurusan di era tahun 64-an yang pernah menjadi Dirjen dan Dirut Pusri yang manjadi salah satu sosok terpenting di industri petrokimia Indonesia (Bpk. Ir. Wardijasa). Hadir juga para alumni yang telah menjadi direksi antara lain Direktur Tekbang Pusri Holding Ir. Mustofa, Dir Produksi Pusri Holding Ir. Indrajaya, Dir Kaltim Methanol Industri Ir. Agus dll Tak ketinggalan pula para pegawai administrasi yang telah pension juga datang.

Ketua Jurusan Teknik Kimia UGM Ir. Muhammad Farurrozi MSc. PHd (Alumni TK angkatan 1983) menyambut para tamu undangan dan memberi pengantar terhadap kegiatan tersebut. Dilanjutkan dengan kuliah tamu dari Komisaris Utama PTP V, Ir. Maruli Gultom dengan topic Kiat-kiat upaya tranformasi dalam rangka membangun learning organization. Mantan Direktur Astra Agro Lestari tersebut mengungkapkan bahwa keberhasilan sebuah tim kerja 90% ditentukan oleh attitude dan hanya 10% ditentukan oleh knowledge.
Di sela acara, dilakukan launching temuan tim peneliti yang diketuai oleh staf pengajar TK UGM, Ir. Edia Rahayuningsih MSc. Produk yang dihasilkan adalah bahan pewarna biru alami yang diperoleh dari ekstrak daun tanaman indigo. Bahan tersebut sudah dikomersialkan sebagai pewarna kain batik. Dilakukan juga presentasi program2 pengembangan Jurusan Teknik Kimia UGM.
Ketua Panitia Reuni Akbar 2011, Dr. Wiratni mempresentasi program-program pengembangan Jurusan Teknik Kimia UGM dan mengenalkan para staf pengajar TK UGM. Program pengembangan Jurusa TK UGM dengan pembenahan kampus dan ditata menjadi ruangan yang bernuansa tekno. Ditawarkan pada industry bila tertarik menjadi sponsor dan nanti nama industry tersebut bisa menjadi nama ruangan. Misalnya ada ruang Pupuk Kaltim, bila PKT menjadi sponsor pembangunan ruangan tersebut.

Program lain adalah program penelitian. Ada banyak program penelitian yang telah dilakukan. Diantaranya yang dilakukan Dr. Siti Syamsiah, Koordinator Program Waste Refinary UGM memanfaatkan limbah sampah buah di pasar Gamping sekitar 4 ton/hari untuk dikonversikan menghasilkan 300 m3 biogas/hari. Dengan jumlah tersebut, mampu menghasilkan tenaga listrik 500 KW.
Untuk program pribadi alumni yaitu pemberian beasiswa kepada mahasiswa TK UGM yang mempunyai prestasi akademik bagus tetapi memerlukan biaya. Ada beberapa angkatan yang telah menyatakan komitmennya untuk menyumbang beasiswa. Diantaranya, Angkatan 2000 memberikan Rp 3.000.000 / semester, sudah termasuk uang makannya per bulan. Angkatan 1995 memberikan Rp 300.000 / bulan, untuk biaya hidup. Angkatan 2004 memberikan beasiswa Kuliah (Rp 2.040.000 - Rp 2.340.000). Angkatan 2003 memberikan beasiswa kuliah hanya untuk bayar SKS (Rp 1.500.000). Angkatan 1983 bersedia membantu beasiswa untuk 2 orang mahasiswa.

Beberapa perusahaan turut mendukung acara ini sebagai sponsor antara lain PT. Kaltim Metanol Industri, PT. Pupuk Kujang, PT. Global Haditech, PT.Pupuk Kaltim, PT. Semen Baturaja, PT. Semen Gresik, PT. Iglas, PT.Petrokimia Gresik, PT. Pusri (Holding) dan Ikatan Alumni Teknik Kimia di PT. Semen Tonasa.

Dana yang terkumpul dalam Reuni Akbar ini disamping untuk pelaksanaan acara reuni juga untuk seed money persiapan akreditasi internasional untuk program S1 Teknik Kimia UGM melalui IChemE (The Institution of Chemical Engineer/London).(sb)

Berbasah di Pulau Beras Basah


Di Pelabuhan Tanjung Laut

Sekali-kali meluangkan waktu melihat pemandangan sekitar Bontang. Kami bersama teman-teman kantor rekreasi ke sekitar Bontang. Dua point, kebersamaan dan kesegaran bisa didapat. Biaya juga relative lebih murah. Yang utama anak-anak senang. Lagian sudah lama tidak menikmati Beras Basah.

Kami, rombongan sekitar 34 orang bersama anak-anak, naik perahu kayu dari Pelabuhan Tanjung Laut. Perahu berkapasitas 40-an orang tersebut dicarter 1 hari dengan route Tanjung Laut, Desa Selangan Laut, Pulau Beras Basah dan makan siang di tengah laut Tanjung Laut Indah. Sewa perahu sekitar Rp1 juta. Tetapi kalau berpikir safety harus membawa pelampung sendiri karena di perahu tak tersedia pelampung sesuai jumlah penumpang. Kami meminjam pelampung milik Dep. Pelayanan Umum.

Perahu merambat pelan dari pelabuhan. Kami nikmati pemandangan rumah-rumah kayu nelayan di pinggir laut. Banyak kapal kayu yang berlabuh di situ. Ada beberapa yang sedang direpair. Kami melewati rumah makan Singapura-(pura) dengan patung merlion yang mulai ada warna hitamnya. Perahu tetap merambat pelan saja. Bunyi mesinnya begitu dominant. Ada beberapa mercu suar dan buih sebagai rambu-rambu laut. Mulai masuk ke laut lepas. Pemandangan LNG Badak mulai mengecil. Satu dua perahu kecil dengan mesin tempel melaju. Satu perahu ponton besar sedang mengangkut pasir. Angin semilir dari sisi perahu dan sinar matahari jam 9-an mulai terik.

Ada sekitar 1 jam kami sampai di Pulau Beras Basah. Sebenarnya bisa lebih cepat kalau kecepatan perahu ditambah. Tetapi, seperti kata Pak Parman, ketua panitia, laju perahu sengaja diperlambat supaya bisa menikmati, kata pengelola perahu. Dari jauh Pulau Beras Basah mulai kelihatan dengan pohon kelapa dan menara mercu suarnya sebagai ciri khasnya. Sudah ada beberapa perahu parkir di dermaga kayu. Juga banyak pengunjung bermain di pasir pinggir pulau. Saya terakhir ke Beras Basah sudah lebih dari 10 tahun lalu. Rasanya pulaunya tambah kecil. Memang sudah dibangun semacam tanggul dari batu dan semen untuk menahan abrasi air laut. Sudah ada dermaganya dari kayu. Perahu merapat ke dermaga.

Ada beberapa pengunjung yang telah duduk-duduk di situ. Beberapa di antaranya memancing. Kalau dulu hanya ada 1 bangunan rumah untuk penjaga mercu suar, sekarang sudah ada beberapa bangunan dari kayu. Ada warung-warung semi permanent dari kayu. Pohon pandan laut masih ada dan tambah rimbun. Banyak juga pohon kelapa yang bisa menambah kerimbunan. Pengunjung tambah ramai. Dalam kelompok-kelompok kecil dengan membawa bekal makanan sendiri. Warung di situ belum ada yang jualan makanan, yang ada hanya snack dan minuman ringan.

Kami lalu menggelar tikar di atas rumput di bawah pohon kelapa di pinggir laut. Anak-anak sudah tak sabar langsung berlari ke tepi laut. Para ibu dan bapaknya mengobrol di bawah hembusan angin laut yang agak panas. Anak-anak berlari mencari kerang karena ada lomba mengumpulkan kerang. Mereka juga mandi sambil bermain bintang laut.

Ada 2 jam lebih kami menikmati pulau. Berjalan mengitari pulau dan mendekat menara mercu suar. Menara ini memakai tenaga listrik tenaga surya. Terlihat panel surya di atapnya. Berjalan menyusuri pinggir pulau yang airnya mulai surut. Banyak kerang-kerang kecil, teripang atau batu karang sisa. Juga hewan kecil pong-pongan, jenis hewan berbuku kecil yang menempati cangkang kerang kecil sebagai rumahnya. Banyak bintang laut di pinggir perairan. Bila mandi di laut, tersedia tempat bilas dengan air tawar. Ada 2 pondok dengan harga Rp 5.000 per jerigen, atau Rp10.000 tanpa dibatasi jerigen.

Sekitar jam 12, kami meninggalkan pulau menuju arah Selangan. Desa Selangan tidak bisa dilayari karena laut sedang surut. Selangan adalah pemukiman penduduk yang berumah kayu di atas laut. Awalnya hanya sedikit penduduk sebagai tempat singgah nelayan sambil memelihara keramba ikan. Lama kelamaan menjadi sebuah desa di atas laut dengan rumah kayunya. Kami mau makan siang di sebuah anjungan rumah di tengah laut milik Pak Tahir, salah seorang mitra binaan Dep. PKBL yang mempunyai usaha keramba.

Di antara rintik hujan sampailah kami di pondokan Pak Tahir. Ada 2 rumah kayu dan ruang yang luas. Ada tempelan stiker logo PKT besar di dindingnya. Di pinggirnya ada lebih dari 80-an petak keramba yang berisi banyak ikan. Dari jauh pabrik LNG badak kelihatan. Di ruang terbuka tengah telah tersaji makan siang dengan menu ikan kerapu bakar. Wah! Baru bau aromanya saja sudah mengundang perut yang memang sudah keroncongan. Ditambah rintik hujan di tengah laut. Kami nikmati saja makan siang dengan lahapnya. Ikan segar yang baru saja dibakar tiada duanya rasanya nyam-nyam he..he..

Seusai makan, limbah ikan langsung dimasukkan ke keramba dan ikan dengan lahap memakan tulang-tulang ikan. Tanpa dikomando, anak-anak langsung gembira memberi makan ikan. Limbah ikan sisa makan dimasukkan ke keramba dan mereka bersorak bila ikan dengan rakus berebut memakannya. Anak-anak mengumpulkan sisa ikan sampai habis dan menunggu yang sedang makan ikan. Rasanya gimana kalau makan ikan asin ditunggu kucing di dekatnya sambil mengeong. Ini lebih dari makan ikan yang ditunggu kucing he..he..

Saya bertemu Tahir, pemilik restoran di tengah laut tersebut. Usianya sekitar 45 tahun. Sejak usia 8 tahun sudah di Bontang. Dialah salah seorang kontributor yang menjadikan Pupuk Kaltim menerima Danamon Award sebagai penyalur dana CSR sekitar 3 tahun lalu. Semua makanan yang disajikan dimasak dari darat di Bontang tetapi ikannya dibakar di pondokan. Dia bersama keluarganya bila ada pesanan ke pondokan untuk melayani pesanan. Katanya direksi dan istri sering ke tempat tersebut. “Biasanya dari bandara langsung ke sini,” kata Tahir.

Dia cerita tentang usaha ikan kerapu. Ada lebih dari 60 petak keramba di sekitar pondokannya. Ikan kerapu tersebut dieksport ke Hongkong dan Jepang. Sekali lagi dieksport. Sekitar 3 bulan sekali eksportir mengambil ikannya bila telah berukuran sekitar 1 kg per ekor. Dari keramba milik Tahir menghasilkan sekitar 3 ton ikan. Di Bontang ada sekitar 7 ton yang diekspor dalam waktu 3 bulan. Harganya? Paling murah ikan kerapu lumpur sekitar Rp170rb per kg. Paling mahal ada yang sampai Rp500 ribu per kg. Ada kerapu tikus harganya sekitar Rp370 ribu. Ada ikan jenis Napoleon. Memang, sewaktu ke Batam harga soup ikan kerapu di sebuah restaurant sekitar Rp300 ribu per porsi. Beda jauh dengan harga ikan kerapu di pasar yang hanya sekitar Rp15 ribu per kg. Kok di pasar Bontang harga ikan kerapu murah? “Itu yang rejeck atau ukurannya tidak sesuai untuk dieksport. Atau ikan hasil tangkapan nelayan yang jumlahnya relative kecil,” kata Tahir. Di sekitar pondokan Tahir juga ada beberapa rumah kayu yang berdiri dengan beberapa keramba. Juga di Desa Selangan ada belasan rumah yang memelihara keramba ikan. Sebuah peluang usaha yang menarik dengan membuka keramba.

Saya juga ketemu juga dengan penjaga pondok dan keramba, Ijai sewaktu berwudhu dengan air hujan di talang atapnya. Ijai hanya lulusan SMP sekitar 4 tahun lalu. Dia ke Bontang 4 tahun lalu dan baru 3 bulan jaga pondokan. Ada 3 orang teman yang menjaga pondok tersebut. Dia bertugas memberi makan ikan dalam keramba. Makannya ikan kecil-kecil yang didapat dari jarring. Sekitar jam 14-an penjaga ikan yang lain memeberi makan ikan kerapu dengan ikan kecil-kecil.

Di antara hembusan angin laut dan hawa dingin hujan membuat kami ingin lebih lama menikmati pondok ikan tersebut. Kami nikmati sambil mengobrol untuk menambah keakraban. Wah kalau perlu sekali-sekali menginap di sini he..he.. Tapi waktu tetap saja membatasi. Sekitar jam 15 kami pamitan. Kapal melaju pelan menuju pelabuhan. Hampir semua penumpang terlelap dalam tidurnya. Diantara hembusan angin, dingin udara hujan dan deru suara mesin, saya ingat cerita salah satu anak buah kapal. Usianya sekitar 40—an dan sudah berkeluarga. Dia baru satu hari di Bontang setelah datang dari Sorong, Papua. Dia sekeluarga suka pindah-pindah sesuai dengan pekerjaannya. Pernah merantau di Makasar dan Papua untuk beberapa tahun. Dengan kapal jenis ini dia mengarungi laut dari Papua, Makasar sampai Bontang. Berapa lama ditempuh? Bisa berminggu-minggu. Ada sekitar 20 menit menyusuri laju kapal dan sampailah di pelabuhan Tanjung Laut. (*/Sunaryo Broto)

Menjadi Juri Temu Karya Mutu Nasional


Pada waktu pembukaan dengan peserta sekitar 1.200-an

Sekali-kali keluar dari rutinitas yaitu menjadi juri pada TKMPN (Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional) ke 15 di Makassar pada tanggal 28 Nopember sampai 2 Desember 2011. TKMPN diselenggarakan di Hotel Clarion, Makassar yang dihadiri sekitar 1200-an pengunjung dari berbagai perusahaan di Indonesia. Menjadi juri pada stream A bersama Suhartono dari Pertamina dan Sunarso dari Primadaya dengan tugas menilai 24 makalah.
Seperti dilaporkan ketua panitia dari penyelenggara WKM (Wahana Kendali Mutu) Drs. Toha Rosadi Phd pada pembukaan tanggal 29 Nopember, “Acara temu karya mutu ke 15 merupakan acara yang terbesar jumlah pesertanya, diikuti 108 perusahaan dengan 240 makalah dan 1150-an peserta. Untuk jumlah peserta meningkat 133% dibanding tahun 2010. Ada 28 perusahaan pendatang baru dan 14 perusahaan sponsor. Acara diselenggarakan oleh 200 panitia termasuk 36 dewan juri dengan 10 stream penilaian.” Sebagai penyelenggara WKM (Wahana Kendali Mutu) bekerja sama dengan Asosiasi Manajemen Mutu & Produktivitas Indonesia dan didukung oleh APO (Asean Productivity Organization), Kemenperind dan Kemenakertrans.
Acara pembukaan dihadiri oleh Asisten III Administrasi, Drs. Yaksan Hamzah mewakili Gubernur Sulsel dan dibuka oleh Direktur Wilayah III Kementrian Perindustrian , Ir. Hasbi Assidiqi. Dalam sambutannya Hasbi Assidiqi mengatakan, “Apresiasi kepada penyelenggara WKM atas acara yang sudah dilakukan pada tahun ke 15. Pada temu karya ini penyelenggara memberi kesempatan pada perusahaan untuk demonstrasi, publikasi karya-karya bermutu dan semoga dapat meningkatkan wawasan bagi pengembangan mutu perusahaan. Dalam TKMPN diharap dapat menghasilkan pemikiran baru mendukung program pembangunan di daerah ini.”
Sebagai pembicara dalam pembukaan acara adalah Mr. Ang Ting Cheong dari Singapura yang memaparkan sharingnya berjudul The Journey of Productivity Improvement of REC Modules Singapore. Selain TKMPN, juga diselenggarakan International Quality & Productivity Convention (IQPC) 2011 dengan 1 stream internasional. Pembicara lain dalam acara tersebut antara lain, Mr. Abdul Rahman, Ir. Faisal Yusra SH (Pertamina), Ir. Thariq Abundan MM (Semen Tonasa), Ir. Anang Sayogo (Toyota Motor) dan Ir. Hendra Bahar MBA. Pada akhir acara peserta sempat mengunjungi pabrik Semen Tonassa di Pangkep, Trans Studio Makassar dan Pertamina Makassar setelah menyelesaikan tugas presentasi. (*/ Sunaryo Broto)

Sharing di Almamater




Sharing itu menyenangkan. Terlebih sambil mengunjungi sekolah kita dahulu. Dalam suatu kesempatan, kami berbagi ilmu dengan adik-adik kelas, mahasiswa Teknik Kimia UGM dalam program engineering judment. Ini acaranya KMTK (Keluarga Mahasiswa Teknik Kimia) untuk memberi bekal pada mahasiswa tingkat akhir. Materi seputar karir engineer di industri sesuai dengan bidang kerja saya di Pengembangan Karir dan Kinerja Pupuk Kaltim. Semoga berguna.

Senin, 09 Januari 2012

Jalan Sehat Nikmati Durian


Berpose setelah keluar keringat dan kemasukan durian dan rambutan

Sudah beberapa even belakangan ini, Persatuan Olah Raga Jalan Sehat (Porjas) Hash PKT tambah ramai pesertanya. Belakangan mulai bergabung Dirprod, Nugraha Budi Eka, dan Dirtekbang, Bakir Pasaman. Malah bersama beliau sempat menikmati jalur trekking yang paling berat, hutan Sangkimah sambil melihat pohon ulin terbesar di dunia. Biasanya yang rutin trekkingnya jalur hutan jati atau kebun sawit di dekat jalan pipa. “Sambil survey lokasi rumah wallet he..he…,” kata Darsono, ketua Hash PKT. Biasanya waktu jalan yang dibutuhkan sekitar 1 jam dan sudah keluar keringat. Startnya dari parkir lapangan tenis dekat Gedung Pika dan finisnya juga di situ sambil lesehan makan nasi pecel.
Mengawali 1 Januari 2012, Hash PKT yang dimotor oleh Ka SPI Musonef menambah trek baru yaitu jalur Cibodas turun ke hutan dan memutar balik ke arah kiri. “Bukan apa-apa sekalian kita mau nengok kebun durian dan rambutan yang dikelola Pak Marsidik,” kata Musonef. Siapa sangka di tengah hutan kecil tersebut ada 15-an pohon durian yang berbuah lebat. Juga banyak pohon rambutan jenis garuda yang buahnya menggiurkan. Lebih 30-an peserta termasuk ibu-ibu dan anak-anak yang bergabung pada jalan sore tersebut. Ikut dalam rombongan tersebut, Dirprod Nugraha Budi Eka dan GM Dalwaspab Lastyo Winarso. Lebih dari satu jam menyusuri jalan naik turun bukit di tengah hutan kecil. Melewati danau kecil dan sungai kecil lalu sampailah ada kebun buah. Ada pagar dan rumah penjaga kebun buah. “Kami makan durian dan rambutan sepuasnya sambil melepas keringat,” kata Muhenri, salah seorang peserta.
Memang skedul rutin Hash PKT biasanya Sabtu dan Minggu pagi tetapi menyambut durian digeser ke waktu sore. Lagian pada Minggu pagi 1 januari teman-teman masih banyak yang mengantuk karena begadangan menyambut tahun baru 2012. Waktu pulang, beberapa peserta asyik menenteng rambutan dan durian.
“Mungkin ini jalur trek ke 10, trek durian Cibodas he..he..,” kata Taufik, sekretaris Hash sekaligus seksi sibuknya. Taufik bersama Singgih biasanya yang melakukan survey lokasi trek baru dan memberi tanda sebelum kegiatan trekking dilakukan. Kegiatan jalan sehat ini dalam upaya menjaga kesehatan supaya tetap sehat dan produktif. Juga bisa dimanfaatkan untuk menjalin hubungan social dengan teman supaya lebih akrab. Siapa yg punya hobi jalan silakan bergabung dengan Hash PKT. (*/Sunaryo Broto)

Minggu, 08 Januari 2012

Dialog Borneo 2011


Bersama teman2 delegasi Bontang dan sastrawan Korrie Layun Rampan dan Ahmadun Yosi Herfanda

Geliat kegiatan sastra di Kalimantan Timur dalam 2-3 tahun belakangan ini sudah mulai menunjukkan perannya. Beberapa even sastra dalam beberapa skala digelar, diantaranya diselenggarakan Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesastraan 2009 yang diselenggarakan Kantor Bahasa Kaltim. Pada even tersebut juga diluncurkan 4 buku dokumentasi sastra Kaltim, yaitu Kamus Bahasa Banua-Indonesia, Tata Bahasa Kutai, Biografi Pengarang Kalimantan Timur dan Ensiklopedia Sastra Kaltim. Dua buku terakhir berisi biografi dan beberapa karya sastra berbagai generasi dari sastrawan di Kaltim.
Patut dicatat, juga mulai bermunculan karya-karya cerpen, puisi, novel dari pengarang dari Kaltim yang diterbitkan sendiri atau kerja sama dengan penerbit. Juga adanya ruang cerpen di setiap Minggu pada Harian terbesar di Kaltim, Kaltim Post dapat menambah ruang dokumentasi karya sastra. Di luar itu kemungkinan besar masih banyak penerbitan yang belum tercatat atau dirilis melalui dunia maya.
Puncaknya adalah dengan diselenggarakannya Dialog Borneo-Kalimantan XI pada tanggal 13-15 Juli 2011 di kantor Gubernur Kaltim, di Samarinda. Pada even tersebut diluncurkan tiga buah buku penting sebagai dokumentasi sastra Kalimantan yang paling lengkap, yaitu Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia dan Sumbangan Borneo Kalimantan terhadap sastra Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Keempat buku tersebut dieditori oleh sastrawan senior asal Kaltim, Korrie Layun Rampan. Buku terakhir berisi makalah dalam seminar Dialog Borneo.
Saya tidak tahu apakah semaraknya kegiatan sastra ini ada hubungannya pulang kampungnya sastrawan senior Korrie Layun Rampan ke bumi Etam setelah banyak berkarya dari luar bumi Etam. Tetapi saya rasa juga ada gayung bersambut antara sastrawan senior dengan para sastrawan Kaltim lainnya yang sekarang mulai banyak berkiprah.
Gubernur Awang Faroek Ishak membuka Dialog Borneo tersebut dengan langsung memesan 300 buku untuk didistribusikan ke perpustakaan daerah dan sekolah-sekolah. Juga menandatangani nota kesepahaman antara Rumah Sastra Korrie dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Kaltim untuk pengembangan sastra. Bukan itu saja, dalam penutupan even sastra internasional tersebut, gubernur berjanji memberi dukungan pendanaan khusus pada program budaya dan sastra, memberi penghargaan dan hadiah seni terhadap sastrawan yang telah berjasa pada kesusasteraan Kaltim.
Ada lebih 500 delegasi yang datang dari propinsi di Kalimantan, Kalbar, Kalsel, Kalteng dan tuan rumah Kaltim. Juga beberapa tokoh senior sastra seperti Darman Moenir dari Padang, Ahmadun Yosi Herfanda dari Jakarta, Delegasi dari Malaysia. Sayang sekali delegasi dari Brunei Darussalam tidak bisa hadir karena bertepatan dengan perayaan hari nasionalnya. Melalui Zefri Ariff Bruneiti hanya sempat mengirim naskahnya, Dari Rakis ke Maka Sastera Brunei Menyusur jalur Buanari.
Ada lebih dari 14 nara sumber hadir memaparkan makalahnya. Sambutan audiens juga sangat bagus sampai berebut kesempatan untuk bertanya sampai session terakhir. Peserta juga masih bertahan sampai malam penutupan. Hal yang jarang untuk sebuah perhelatan sastra.
Sekilas tentang Materi Diskusi
Berbagai judul makalah dari problem sastra sampai muatan sastra local. Kepala Dinas Pendidikan Kaltim, Musyahrim menyampaikan makalah tentang Peran kunci sastra dalam dunia pendidikan. Menurutnya, sastra memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan budaya bangsa. Jaya Ramba, penulis produktif dari Miri, Malaysia memaparkan Penulis bukan Melayu di Sarawak dalam Sastra 1 Malaysia. Ibnu HS asal Kalteng memaparkan Menjaga Sastra Anak. Dr. Surya Sili, Ketua UP Fakultas Ilmu Budaya dan Kepala Balai bahasa Unmul memaparkan strategi jitu memasyarakatkan buku. Silli mengutip sajak Taufik Ismail yang sangat prihatin terhadap rendahnya budaya baca. H Encik Othman Mahali dari Labuhan, Malaysia memaparkan Perkembangan penulisan dan cabaran penulis-penulis Labuhan. Ahmadun Yosi Herfanda, mantan redaktur budaya Republika dan Ketua Komite Sastra DKJ, Menakar Sumbangan Kalimantan pada Perkembangan Sastra Indonesia.
Pada hari kedua, Abang Patdeli bin Abang Muhi dari Serawak, Malaysia. Pengurus Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia Cawangan Serawak membawakan makalah Perkembangan Sastera Kebangsaan di Serawak. Dia bercerita tentang upaya yang sangat bagus Dewan Bahasa dalam memajukan sastra di Serawak. Ada penerbitan 10-12 buku sastra Serawak tiap tahun. Tiap tahun ada lomba sastra, lomba kreativitas untuk guru, menerbitkan cerita rakyat, cerita anak-anak untuk sekolas. Juga memuat karya sastra pada Media Utusan Serawak dan Utusan Borneo. Tadjudin Nurganie asal Kalsel memaparkan tentang Kedudukan sastra modern Banjar di tengah-tengah sastra Indonesia. Problem sastra Banjar adalah pada pengarang, pembaca, media dan kritik sastra.
Prof. Dr. Chairil Effendy, peneliti budaya, mantan anggota MPR dan mantan Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak memaparkan tentang sastra Modern di Kalimantan Barat, Dahulu dan Kini. Mizar Bazarvio, penulis dan aktivis sastra asal Kalbar berbicara tentang Peran penting organisasi sastra membangun kreativitas dan inovasi sastra di Kalimantan Barat.
Marko Mahin, dosen di STT-GKE, Banjarmasin dan peraih gelar Magister of Art dari Universitas Leiden, Belanda memaparkan tentang Panaturan, sastra suci Dayak Ngaju. Jamal T Suryanata, aktivis sastra asal Kalsel membahas kebanggaan sastra sebagai kebanggaan daerah, sumber kreativitas dan inovasi penciptaan. Lokalitas sastra dalam sastra Indonesia modern adalah sesuatu yang harus diperjuangkan jika kita memang berharap banyak untuk menghasilkan karya-karya yang benar-benar berkarakter Indonesia. Pemanfaat daerah sebagai sumber kreativitas dan inovasi penciptaan dalam sastra Indonesia akan menimbulkan, kebanggan sastra merupakan kebanggan daerah.
Korrie Layun Rampan, Sastrawan senior Indonesia asal Kaltim tentang Kalimatan Timur dalam Sastra Indonesia. Penulisan sastra Kaltim relative lebih muda dari sastra Indonesia. Dimulai pada tahun 1940-an. Ada banyak cara untuk meningkatkan kualitas penulisan sastra daerah yaitu menerbitkan majalah sastra sebagai wadah karya para sastrawan, dibentuk badan penerbit yang professional, memberi penghargaan dari pemerintah daerah, ada program pelatihan penulisan kreatif, pemerintah daerah mau menerbitkan buku-buku sastra, dan meciptakan kegiatan sastra yang dapat merangsang kreativitas berkarya.
Rekomendasi Dialog Borneo
Rekomendasi dibacakan oleh salah seorang nara sumber pada penutupan Dialog Borneo di Lamin Etam pada 15 Juli 2011 di depan hadirin dan Gubernur Kaltim. Ada 6 rekomendasi, yaitu Menetapkan Labuhan, Malaysia sebagai tuan rumah Dialog Borneo XII pada tahun 2013 dan Serawak sebagai tuan rumah cadangan, Memperluas cakupan peserta Dialog Borneo-Kalimantan dengan mengundang peserta dari Mindanau dan Indonesia Timur, Memberikan hadiah Anugerah Sastra Borneo Kalimantan secara berkala, menerbitkan antologi karya bersama pada setiap penyelenggara Dialog Borneo, mengupayakan terbitnya media publikasi bersama baik berbentuk cetak maupun internet, Menentukan secretariat bersama yaitu Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sarawak untuk wilayah Malaysia Timur dan Brunei dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan untuk wilayah Kalimantan.