Apa yang terbayang bila anda mendengar nama Kalimantan? Yang ada di benak, adalah hutan dan Dayak. Meski makin lama makin menurun populasinya tetapi kedua hal tersebut masih ada. Mumpung masih bisa menikmati, bila anda di Kalimantan Timur nikmatilah hutan di Taman Nasional Kutai (TNK).
Pohon ulin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kaltim dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut. Banyak bangunan rumah di daerah Kalimantan Timur menggunakan kayu ulin. Begitu juga dengan rumah atau jalan di pinggiran Sungai Mahakam, Di sekitar Pulau Kumala Tenggarong, di perkampungan pinggir laut desa Bontang Kuala, Bontang hampir semua konstruksinya menggunakan kayu ulin. Kayu ulin memang terkenal kuat terlebih bila kena air.
Tetapi, pernahkah anda melihat pohon ulin yang masih hidup? Di TNK banyak terdapat pohon ulin. Pohonnya berkayu kuat, berdaun hijau kecil-kecil dan pada pucuk daun berwarna kemerah-merahan. Ada yang masih kecil dan ada yang sudah tua dan besar. Pohon Ulin hanya salah satunya. Lokasinya tersebar di Kab. Kutai, Bontang dan Kutai Timur. Musim kunjungan yang enak sekitar bulan April s/d Oktober setiap tahunnya alias pada musim hujan karena di musim kemarau hutan terasa panas. Bahkan kadang diselingi berita kebakaran.
Bila anda dari Balikpapan bisa melakukan perjalanan darat Balikpapan-Samarinda sekitar 2,5 jam kemudian dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Ada pilihan, carter mobil or taksi sedan sekitar 450 ribu dari Balikpapan-Bontang. Lebih nyaman dengan Kijang Innova. Atau menggunakan bus dengan route Balikpapan-Samarinda (Terminal Sungai Kunjang) lalu dilanjut pakai mobil kijang bareng2 dengan tarif sekitar Rp25 ribu sudah sampai Bontang. Pakai bis ke Bontang juga bisa tetapi dari Terminal Lempake di pinggir Samarinda arah Bontang dengan tarif sekitar Rp14 ribuan. Kalau mau enak, naik pesawat Dash 7 Pelita Air Service, carteran Pupuk Kaltim atau LNG Badak yang terbang tiap hari dari Balikpapan –Bontang. Cari tiketnya di counter Pupuk Kaltim atau Badak di Terminal Kedatangan Airport Sepinggan belok kanan. Tetapi karena pesawat carteran yang dipentingkan adalah karyawan dan keluarga perusahaan tersebut. Untuk umum dengan status waiting list dengan tarif sekitar Rp350-an ribu. Artinya bila ada seat kosong baru boleh ikut. Bila pertama kali ke Kalimantan lebih dengan perjalanan darat.
Kalau sudah sampai Bontang tinggal kendaraan ke arah Sangatta baik dengan bus Damri atau mobil carteran, di sepanjang jalan Bontang-Sangatta itu TNK berada. Atau Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain itu antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional.
Taman Nasional Kutai
Starting point saya dari Bontang karena itu rumah saya yang saya diami lebih dari 15 tahun. Hampir tiap hari saya melewati pinggir TNK karena memang kawasan TNK berbatasan dengan komplek Pupuk Kaltim dan bila ke kantor saya pasti melewati pingggirnya, meskipun kenyataannya hutan tersebut sudah didiami penduduk.
Taman Nasional Kutai seperti dikutip dalam websitenya memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin, hutan meranti, hutan pohon kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia. Menurut SK Menteri Pertanian, SK No. 736/Mentan/X/1982 luasnya 200.000 hektar. Menurut Menteri Kehutanan, SK No.325/Kpts-II/1995 luas 198.629 hektar. Temperatur udara 27° - 33° C. Curah hujan Rata-rata 1.500 mm/tahun. Ketinggian tempat 0 - 397 meter dari permukaan laut.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, TNK juga memiliki potensi keanekaragaman satwa, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa Kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).
Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut. Beberapa obyek yang menarik untuk dikunjungi antara lain Teluk Kaba dan Muara Sangkimah, tempat wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung. Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata, tempat wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko di Sangatta, tempat penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.
Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar
Tempat paling asyik untuk melihat hutan adalah Sangkimah karena ada pohon ulin dengan diameter batang terbesar di Indonesia. Nama Sangkimah diambilkan dari nama sungai yang mengalir berkelok di dalam hutan. Seperti dimuat dalam publikasi KABARA edisi Januari 1997 tulisan Mick Jeffery dari Unesco, Sangkimah adalah satu-satunya sisa dari hutan basah. Di hutan basah ini didominasi oleh satu jenis pohon yang banyak digunakan oleh masyarakat Dayak karena kekuatan dan ketahanannya.
Letak hutan Sangkimah tidak jauh dari Bontang. Sekitar 33 km dari pertigaan Bontang-Samarinda-Sangatta ke arah Sangatta, tepatnya di kiri jalan ada kantor TNK lalu masuk ke dalam hutan lewat jalan kayu sekitar 1 km. Dengan kendaraan umum bisa dicapai dengan naik bis Damri Bontang-Sangatta atau naik mobil Kijang berombongan.
Pohon ulin terbesar yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya diperkirakan 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia. Mungkin perlu 6-7 orang dewasa untuk memeluknya. Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang. Kalau tangan kita ditaruh di dekat lobang tersebut akan dingin karena ada hembusan udara. Masih menurut KABARA, diperkirakan pohon ulin tersebut usianya antara 500-1.000 tahun.
Dari pinggir hutan tersebut masuk ke hutan dengan jalan kaki menyusuri track dari kayu ulin. Menyusuri jalan kayu akan melewati beberapa jembatan sungai Sangkimah. Kita akan berjalan di antara sungai, lebatnya hutan dan nyamuk-nyamuk. Dianjurkan memakai baju lenga panjang karena nyamuknya banyak. Kalau badan ini diam sebentar sudah dikerubiuti nyamuk. Makanya tubuh harus bergerak terus.
Ada 2 jenis jalur dengan tingkat kesulitan dan keasyikan yang berbeda. Pada jalur pertama adalah jalur berjalan pada kayu ulin sepanjang sekitar 800 meter menuju pohon ulin raksasa dengan diameter 2.5 meter. Jalur ke-2 adalah lanjutan dari jalur pertama melingkar sejauh 4 km kembali ke tempat semula melewati berbagai rintangan alam dan buatan antara lain jembatan gantung, jembatan kereta api, jembatan goyang dan jembatan kawat. Tidak ada jalan lain selain harus melewatinya. Sangat menantang untuk lintasan pelatihan outbond. Jembatan kawat ini selalu bergoyang keras kalau kita pesimis dan sebaliknya akan terasa tenang jika mampu mengendalikan perasaan. Juga terdapat rumah pondok di ketinggian 25 meter di atas pohon. Di Sangkimah –kalau beruntung- bisa melihat orang utan, enggang (Buceros rhinoceros). Infonya tersedia penginapan di lokasi.
Sungai Sangkimah termasuk sungai yang agak besar. Di beberapa tempat airnya menggenang dalam tetapi di lain tempat hanya mengalir kecil. Ada jembatan dari kayu yang membelah sungai. Beberapa pohon bertumbangan baik di tempat tumbuhnya maupun di sungai. Suasana hutan sunyi tetapi sesekali burung-burung berkicau memperdengarkan suaranya. Masih menurut KABARA, banyak juga hewan, antara lain : gibbon, orang utan, macaque ekor babi, macaque ekor panjang. Selain itu ada juga burung-burung enggang, malkoha, pitta, kakatua, kingfisher dan drongo yang terbang di antara pepohonan hutan.
Menurut Husen (60 th), petugas lapangan TNK, pohon ulin tersebut untuk penelitian orang Jepang. Pohon-pohon sekitar juga digunakan sebagai bahan kajian penelitian. “Jalan kayu inipun yang membangun orang Jepang. Mungkin karena harus bolak-balik ke tempat penelitiannya maka untuk mempermudahkannya dibuat jalan kayu sepanjang sekitar 1 km ke tempat penelitiannya”, kata petugas TNK yang enerjik itu. Memang di kiri-kanan jalan kayu tersebut banyak pohon yang diberi tanda khusus. Selain ulin, ada juga beberapa raksasa penjaga hutan yang termasuk dalam spesies dipterocarpus seperti meranti, kapur dan keruing. Ada juga pohon fig penjerat, anggrek, palem rotan, buah-buahan hutan dan beberapa tanaman obat-obatan.
Tempat Konservasi Teluk Kaba
Teluk Kaba merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Kutai. Lokasinya sekitar 30 km dari Bontang ke arah utara (Sangatta) dan bisa dicapai dari laut maupun darat. Dari jalan utama km-27 belok ke kanan sekitar 3 km sudah sampai. Di sini dapat disaksikan keindahan alam berupa pohon-pohon bakau, hutan berpadang rumput, dan hutan hujan. Wisatawan yang mencintai keindahan alam dapat secara langsung menyaksikan kehidupan satwa seperti orangutan, rusa sambar dan kera. Di tempat ini juga bisa dengan mudah ditemukan tanaman "kantung semar", yakni tanaman khas Taman Nasional Kutai. Orang Utan (pongo pigmeus) dan bekantan (nasalis larvatus) masih terdapat disini, jika anda beruntung dapat menemuinya.
Teluk Kaba memang bukan daerah wisata umum dan tak banyak pengunjung datang sebagaimana daerah tujuan wisata. Pemandangan ke arah laut hanya laut dan beberapa pohon bakau. Disini terdapat board walk disela-sela hutan mangrove yang memudahkan kita untuk berekplorasi di alam bebas. Ada 2 bangunan kayu sederhana di tanah lapang untuk tempat petugas TNK dan beberapa informasi tentang satwa. Di situ merupakan tempat konservasi satwa langka. Ada orang hutan, rusa payau dan tengkorak kepala orang hutan.
Wisata Pantai Teluk Lombok
Sekitar 50 km ke arah utara ada suatu teluk di pinggir laut yang lumayan bagus pemandanganya dengan pasir putih luas memanjang sekitar lebih dari 1 km. Bila laut pasang padang pasir itu tak akan kelihatan, tetapi bila laut surut gugusan pasir itu membentuk lapangan yang sangat luas. Banyak pengunjung yang memanfaatkan untuk bermain. Baik bermain lari-lari, kejar-kejaran, bermain bola dll. Sebuah pemandangan yang indah. Laut di kejauhan membiru, ada satu dua perahu nelayan melintas dan anak-anak bermain air. Ombak kecil mengalir membawa butiran air. Tak seberapa besar. Angin bertiup kencang membawa angin pantai. Di pinggir jalannya sudah banyak sekali warung-warung berjualan makanan dan tempat berteduh pengunjung di sela pohon cemara dan bakau. Sebuah pemandangan langka untuk kawasan Kalimantan. Itulah tempat yang diberi nama Teluk Lombok. Tak ada hubungannya dengan Pulau Lombok, juga dengan tanaman lombok.
Bagaimana menuju ke Teluk Lombok? Jaraknya sekitar 50 km dari Bontang. Melewati jalan Bontang-Sangatta pada sekitar km. 35 dari Bontang setelah melewati Teluk Pandan, Teluk Kaba dan Sangkimah –tempat pohon ulin terbesar di dunia. Ada pemandangan yang menyedihkan sekitar kawasan hutan lindung di Sangkimah. Di kanan kiri jalan hutan pada ditebangi dan dibakar. Ada banyak tempat sudah menjadi hitam dengan sisa-sisa arang dan asap yang masih mengepul. Di tempat itu masih terlihat beberapa tenda biru –tempat para perambah beristirahat- dan mulai dibangun satu dua rumah kayu sederhana. Menyedihkan! Sayang mau tamasya tetapi melihat pemandangan yang menyedihkan, ribuan pohon di Taman Nasional Kutai ditebangi.
Dari jalan raya ini lalu berbelok ke kanan ke arah Komplek Pertamina Sangkimah. Jalannya masih jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 12 km. Ada 3-4 km jalan beraspal di kawasan komplek Pertamina, diantara jalan tanah tersebut. Ada beberapa sumur minyak yang dieksplorasi dan terlihat pipa-pipa panjang mengalirkan minyak mentah. Ada beberapa bangunan fasilitas produksi dan kompleks perumahan.
Kalau wisata ke Teluk Lombok disarankan membawa air tawar karena prasarana umum untuk penyediaan air tawar sangat minim. Belum bagus sarana untuk ke toilet. Setelah bermain dengan air laut untuk membilas tubuh diperlukan air tawar dan itu sangat sulit diperoleh di situ. Kalau harus membeli terlalu mahal harganya. Masak satu ember kecil harganya Rp20.000.
Wisata Laut Aquatik di Sangatta
Wisata laut masih ada lagi di daerah Kutai Timur yaitu Aquatik. Kawasan ini awalnya dibangun oleh perusahaan tambang batu bara KPC (Kaltim Prima Coal) sebagai tempat rekreasi karyawannya. Tetapi belakangan ini dibuka menjadi tempat rekreasi umum. Laut biru dan di pinggirnya ditata dengan batu-batu dengan ruang parkir yang nyaman. Ada juga ruang dengan pasir putih dengan diselingi pohon bakau. Tempat ini sangat cocok untuk berjalan dan menikmati pasir dan air laut. Ombak sebagaimana di daerah laut Kalimantan tak seberapa besar.
Lokasinya sekitar 10 km dari pusat kota Sangatta ke arah Bukit Pelangi dan Batu Putih. Sudah ada jalan aspal dan jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 2 km menjelang pantai. Di sini banyak monyet berkeliaran di pinggir jalan yang dipenuhi hutan bakau. Kami menempuhnya dengan naik mobil. Belum ada moda transportasi darat untuk umum.
Pada saat hari libur pengunjung sudah banyak. Ada beberapa kelompok dengan membentuk semacam home base dengan menggelar tikar di lantai. Anak-anak berlari menyusuri pinggir pantai sedang yang dewasa mempersiapkan makanan dengan alat bakarnya. Ya sebagaimana tempat wisata keluarga kalau tidak disiplin dalam hal kebersihan kesannya jadi kotor. Itu yang terjadi di sekitar areal parkir Aquatik. Tetapi bagaimanapun juga sekali waktu melepas pandangan ke laut lepas salah satunya ya di tempat ini diantara hutan Taman Nasional Kutai (Sunaryo Broto)