Minggu, 06 Februari 2011

Launching dan Diskusi Buku Studio Kata




Komunitas Sastra Studio Kata mengadakan acara lunching dan diskusi buku Kumpulan Puisi Tentang Waktu dan Kumpulan Cerpen Pertemuan di Kebun Raya karya Sunaryo Broto (SB) di Gedung Koperasi PKT (Pupuk Kaltim) Bontang tanggal 11 Desember 2010. Sunaryo Broto adalah karyawan PKT dan aktif di kegiatan Studio Kata dan Club Buku (CB) 33. Buku yang diluncurkan adalah karyanya ke 3 dan 4 setelah bermukim di Bontang selama 18 tahun. Sebagai pembahas buku puisi adalah Abdul Hakim, guru bahasa Indonesia SMP YPK dan penggiat sastra Studio Kata dan pembahas buku cerpen adalah Manik Priandani, karyawan PKT yang juga aktif di CB 33. Hadir sekitar 40-an orang yang terdiri dari guru bahasa Indonesia dan murid SMA di Bontang dan sebagian aktivis sastra di Bontang, di antaranya Maya Wulan dan suaminya, Alang Rizal, Untung Erha dan istrinya Shantined, Kusnul Nurmanto, Mudjib Utomo dll. Acara tersebut diselingi baca puisi oleh Sasongko, alumni SMA YPK dan karyawan PKT yang membaca puisi dari buku kumpulan puisi.
Acara launching buku bersamaan dengan acara PKBL (Progra Kemitraan dan Bina Lingkungan) Pupuk Kaltim Expo yang menjadikan audiens bertambah dari pengunjung pameran. Jadi Pengunjung pameran usaha mitra binaan bisa juga mendengarkan diskusi sambil melihat pameran. Acara yang dipandu oleh guru dan sarjana psikologi, Truly Trisna ini juga disiarkan secara life di stasiun TV local, PKTV. Acara diawali dengan penyerahan buku dari Studio Kata yang diwakili oleh salah seorang pendirinya, Tri wahyuni dan diserahkan oleh SB ke Manik Priandani (CB33) dan Wakil guru dan murid.
Diawali dengan perkenalan Studi Kata oleh koordinatornya, Abdul Hakim. Studio Kata adalah wadah tempat berkumpulnya kegiatan sastra di Bontang. Berdiri 3 Mei 2009 yang diresmikan oleh cerpenis nasional, Hamsad Rangkuti. Sunaryo Broto memaparkan beberapa hal tentang buku dan menulis. Intinya adalah mengajak kebaikan. Medianya bisa melalui cerita pendek atau puisi dalam buku. Buku usianya bisa lebih lama dari penulisnya dan semoga ada gunanya untuk saling menyeru kebaikan. Dan apa yang ditulis dalam bukunya dikatakannya hanya fiksi semata. Meskipun untuk memudahkan penulisan setting bisa berdasarkan pengalaman nyata. Dan paling gampang dilakukan adalah bersetting pengalaman penulisnya sendiri. Berapa prosen kadarnya, itu rahasia penulis.
Abdul Hakim memberi judul ulasannya, Mengeja Waktu dengan Kata (Agar kemarin masih milik hari ini). Dia mengupas dari puisi di awal buku yang dibuat tahun 1992 berjudul Waktu Luang sampai sampai puisi yang dibuat tahun 2009, Kabar Duka. Banyak kisah perjalanan yang buat sebagian besar yang lain adalah ritual biasa dan sederhana tetapi di tangan penulis, kesederhanaan itu menjadi indah dan bermakna. Penulis seperti melakukan sesuatu agar kisah kemarin masih tetap menjadi milik hari ini. Bukan hanya milik sang perangkai tetapi mampu menjembatani pembaca untuk ikut serta berkontemplasi maupun mengembara melihat berbagai tempat, peristiwa, dan berbagai fenomena yang sebelumnya tak mampu dengan utuh dijamahnya sendiri.
Pembahas kedua, Manik Priandani setuju dengan komentator Amien Wangsitalaja bahwa cerpen SB adalah cersei, cerita esai atau cerdis, cerita mengajak diskusi. Manik, sebagai pembaca buku yang rajin menyoroti sebagian tulisan SB terpengaruh oleh novelis, Pramudya. Bahkan ada sepenggal dialog yang gayanya Pram banget di cerpen, Dicari suami yang dapat mengusir tikus. Sampai detail Manik membahas satu persatu cerpen. Dan di akhir, ibu satu anak yang aktif di berbagai kegiatan, mengatakan bahwa buku ini bagus dan layak dibaca. Walau ada beberapa tulisan yang memerlukan kesabaran untuk menyimak dan konsentrasi dalam membaca agar mengerti isi cerita yang dituturkan. Di akhir session dilakukan diskusi tanya jawab seputar buku dan menulis. Diharapkan di masa mendatang terbit lagi buku untuk meramaikan kegiatan sastra di Bontang. (*/sb)

1 komentar: