Undangan ini dibawa oleh teman saya yang penggagas Studio Kata, Tri Wahyuni untuk menghadiri Seminar Nasional Sastra dari Balai Bahasa Kaltim. Dari Bontang yang diundang saya dan Tri Wahyuni. Ini adalah undangan kedua dari instansi yang berhubungan dengan sastra di Kaltim selama saya bermukim di Bontang. Dulu saya pernah mendapat undangan dari Dewan Kesenian Kaltim melalui ketuanya A Rizani Asnawi untuk menghadiri diskusi sastra di Samarinda sekitar tahun 2001 tetapi karena kesibukan sebagai karyawan belum sempat hadir.
Kali ini saya usahakan hadir karena memang saya ingin mengenal para aktivis sastra di Kaltim. Sayapun menulis paper tentang peran media. Paper ini sebenarnya artikel saya yang menyoroti peran media yang saya kirimkan ke Tribun Kaltim tetapi tidak dimuatnya. Saya edit sedikit dan saya kirim saja ke panitia. Tak dinyana ternyata paper tersebut diterima untuk pemakalah pembanding. Ya sudah menikmati saja diskusi sastra di Samarinda.
Seminar sastra bertempat di ruang Serba Guna Kantor Gubernur Kaltim, Jl. Gadjah Mada No1, Samarinda. Awalnya saya prediksi yang hadir hanya kelompok kecil karena biasanya seminar sastra tidak terlalu menarik minat publik. Ternyata yang hadir banyak sekali. Ketua Panitia yang juga ketua Balai Bahasa, Pardi pada saat memberi sambutan menyebut jumlah 470 undangan yang datang. Kalau tidak ditutup maka bisa 1000-an, katanya. Saya datang saat acara akan dimulai dan langsung dituntun panitia duduk di depan. Yang hadir guru, seniman, budayawan dan kebanyakan alumni fakultas sastra.
Acara diawali dengan pentas musikalisasi puisinya Korrie Layun Rampan oleh para siswa SMA 2 Samarinda. Seminar dibuka oleh asisten Gubernur Kaltim, Yansen. Setelah seremonial pidato pembukaan dilakukan pembagian buku yang baru saja diterbitkan Balai Bahasa, yaitu Buku Tata Bahasa Kutai, Kamus Bahasa Bauna-Indonesia, Ikhtisar Sastra Indonesia di Kalimantan Timur dan Biografi Pengarang kalimantan Timur. Saya sebagai salah satu wakil dinatara banyak wakil yang menerima bingkisan buku tersebut.
Pembicara pertama Dr. Suroso, dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan gaya akrab dan enaknya mengawali seminar. Judul makalahnya Budaya Baca Tulis dan Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Dia membuka fakta yang telah dipublikasikan oleh Taufik Ismail, kenapa minat baca rendah, buku sastra tak berkembang. Dia ingin memperbaikinya dari sekolah supaya para murid SMA seperti waktu zaman Belanda, melalap 25-an judul buku novel dalam setahun. Guru bahasa harus mempunyai terobosan supaya sastra disukai murinnya. Guru bahasa harus juga sebagai penulis puisi, cerpen, novel sehingga dapat memberi contoh tentang karya sastra. Bukan sekedar berteori sastra. Pembicara kedua Dr. Surya Silli dari Universitas Mulawarman dengan makalah Penggunaan Bahan Ajar & Kegiatan Otentik dalam Pengajaran Bahasa Asing. Ketua Balai Bahasa, Pardi Suratno mengetengahkan pengalamannya dalam makalah Bengkel Sastra Media Alternatif dalam Mendekatkan Siswa Terhadap Sastra.
Pada sesion kedua, Ahmad Ridhani (Unmul) dengan makalah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sunaryo Broto (Pupuk Kaltim Bontang) dalam Peran Media dalam Mengembangkan sastra di Kaltim, Yudianti Herawati (Kantor Bahasa Kaltim) dengan makalah Sastra Lokal dan Pengajaran Sastra dan Winarti (Kantor Bahasa Kaltim) dengan makalah Surat Kabar sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar