Rabu, 12 November 2008

Catatan Juri Konvensi

Menjadi juri konvensi mutu internal bila dinikmati asyik juga. Kami menjadi tahu banyak proses bisnis di banyak unit kerja. Yang penting juga kami menjadi tahu dan kenal pada beberapa pelaku peduli mutu di banyak unit kerja. Disamping itu bila kami wawancara atau mengunjungi lapangan untuk cross check data banyak hal menarik yang kami jumpai. Bagaimana mereka berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada dengan resource yang minim. Bagaimana mereka mengelola SDM (sumber daya manusia), bagaimana mereka survive, bagaimana mereka belajar dan mengatur waktu. Ini menarik, terlebih saya yang bekerja sebagai pengelola SDM dapat mengetahui banyak hal dari mata kepala sendiri. Seperti anggota DPR yang menyerap aspirasi rakyatnya atau pejabat yang turun ke lapangan. Kami menjadi lebih paham dan mengerti keunikan unit kerja. Ternyata setiap unit kerja itu mempunyai keunikan tersendiri disamping memang mempunyai proses bisnis tersendiri.

 

Begitu juga yang terjadi pada juri konvensi internal ke 20 pada 5-6 Nopember 2008. Ini adalah tugas sebagai juri untuk kedua kali. Dari jumlah peserta memang berkurang dan ini membuat kami sedikit lebih santai dalam membaca makalah. Kalau dulu bisa sampai jam satu malam untuk memelototi makalah, sekarang bisa berkurang karena jumlah yang lebih sedikit. Biasanya makalah dibagi sudah pada last minuite dan harus kami pelajari lalu ada saatnya melakukan klarifikasi di lapangan dengan anggota gugus.

 

Pada saat tampil pada session presentasi pun tak kalah menarik. Mereka unjuk karya sekitar 20 menit dan tampil bergiliran. Mereka menampilkan hal terbaik yang dimilikinya. Ada yang membuat kreasi pada pembukaannya, ada yel-yel, ada yang membuat semacam video klipnya dengan aktor mereka sendiri dan latar belakang pabrik, ada yang cukup percaya diri tampil sendirian sehingga dia lupa kalau ada temannya. Tujuannya hanya ingin tampil terbaik. Betapa menyenangkan bukan? Saya melihat seorang aktor, sutradara, pengatur komposisi, kameraman, design grafis, pemikir, analis, dan jangan lupa mereka juga karyawan, operator yang mempunyai tanggung jawab pekerjaan. Mereka melakukan hal tersebut di sela-sela waktu kerjanya. Mereka harus berbagi waktu dengan keluarganya di rumah. Mereka harus mencuri waktu istirahatnya sendiri. Atau memacu otak kirinya untuk peran kreativitas setelah otak kanannya dipakai untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Mereka merangkap dari seorang pelaku inovasi, penulis, dokumentator sekaligus analis ekonomi karena ada analisa cost benefitnya yang harus ditampilkan. Mereka harus belajar oportunity loss. Mereka bukan hanya aktif di satu gugus tetapi ada yang merangkap di beberapa gugus. Ada juga yang merangkap sebagai panitia dllnya.

 

Seusai presentasi, perdebatan juri pun tak kalah menarik. Padahal sebelumnya ada proses docking penilaian sebelum presentasi dan hanya menunggu nilai presentasi. Artinya para juri sudah rapat-rapat di hari sebelumnya untuk kesepakatan penilaian. Proses docking hanya untuk mempermudah dan mengurangi waktu berdebat karena biasanya setelah presentasi waktunya pendek dan ditunggu pengumumannya saat penutupan. Tetapi perubahan pertimbangan bisa saja muncul setelah melihat presentasimeski sebenarnya tak dikehendaki. Presentasi yang ditampilkan jauh lebih bagus pada saat penilaian di lapangan. Tak kalah menariknya ada juga dewan telaahnya -seperti dewan syuronya partai- meski perannya kadang dipertanyakan.

 

Isyu perdebatan juri biasanya mencakup 3 hal, yaitu kontens, metodologi dan benefit. Tiga hal ini yang selalu menjadi topik menarik untuk bahan perdebatan. Ada yang kontennya bagus tetapi metodologinya kacau. Ada juga yang temanya sederhana tetapi tampilannya menarik, lengkap dengan data-data yang ditampilkan. Ada juga yang antara kontens dan metodologinya sama-sama biasa saja. Juga benefitnya. Hal yang terakhir ini biasanya dilakukan oleh gugus pemula yang asal tampil saja. Biasanya juri sangat menyayangkan bila ada ide yang bagus tetapi kalah hanya karena metodologinya tidak kena. Sayang sekali. Dan juri ingin membantunya dengan alasan “pembinaan”.

 

Begitulah yang terjadi. Begitulah sebuah konvensi mutu ditampilkan. Cukup banyak effort yang telah dikeluarkan. Cukup banyak kesibukan dijadwalkan dan banyak pihak telah mengapresiasikannya. Saya yakin semua tak akan sia-sia. Dalam session kunjungan di lapangan, ada salah seorang peserta mengatakan, rasanya sama saja karier karyawan yang ikut konvensi dengan yang tidak. Penilaian manajemen juga tetap saja. Mereka sepertinya menyindir terhadap sistem penilaian karya karena memang belum terakomodir di sistem penilaian. Tetapi tetap saya bilang, tetap ada bedanya antara karyawan yang aktif dalam gugus mutu dan tidak. Minimal kita sudah menebar energi posistif dengan melakukan inovasi dan energi positif tersebut akan kembali kepada kita sendiri karena hukum tarik menarik semesta alam seperti yang diceritakan dalam buku Secret. Selain itu juga banyak ketrampilan yang bisa dipelajari dari persiapan sampai tampil presentasi di konvensi. Juga networking dan melatih public speaking. Ada banyak tricken down effect dalam bentuk lain-lain. Percayalah! Tak ada yang sia-sia. Waktu diisi dengan konvensi atau tidak tetap saja berlalu, kenapa tidak diisi saja kegiatan yang positif? (Sunaryo Broto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar