Kamis, 13 November 2008

Pameran Lukisan Dialog Interlokus


Pameran Lukisan di Koperasi

Dialog Interlokus adalah pameran lukisan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia dan Pelukis Kalimantan Timur. Pameran bertempat di Gedung Bhayangkari, Jl. Jendral Sudirman dari tanggal 10-15 Nopember 2008. Pameran dibuka pada Senin sore oleh Walikota Balikpapan, H Imdaad Hamid SE. Sebagai kurator lukisan adalah Dr. M Agus Burhan (Kurator GNI), Surya Darma (Pelukis, Balikpapan) dan Ahmad Gani (Pelukis, Balikpapan).

Rabu, 12 November 2008

Catatan Juri Konvensi

Menjadi juri konvensi mutu internal bila dinikmati asyik juga. Kami menjadi tahu banyak proses bisnis di banyak unit kerja. Yang penting juga kami menjadi tahu dan kenal pada beberapa pelaku peduli mutu di banyak unit kerja. Disamping itu bila kami wawancara atau mengunjungi lapangan untuk cross check data banyak hal menarik yang kami jumpai. Bagaimana mereka berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada dengan resource yang minim. Bagaimana mereka mengelola SDM (sumber daya manusia), bagaimana mereka survive, bagaimana mereka belajar dan mengatur waktu. Ini menarik, terlebih saya yang bekerja sebagai pengelola SDM dapat mengetahui banyak hal dari mata kepala sendiri. Seperti anggota DPR yang menyerap aspirasi rakyatnya atau pejabat yang turun ke lapangan. Kami menjadi lebih paham dan mengerti keunikan unit kerja. Ternyata setiap unit kerja itu mempunyai keunikan tersendiri disamping memang mempunyai proses bisnis tersendiri.

 

Begitu juga yang terjadi pada juri konvensi internal ke 20 pada 5-6 Nopember 2008. Ini adalah tugas sebagai juri untuk kedua kali. Dari jumlah peserta memang berkurang dan ini membuat kami sedikit lebih santai dalam membaca makalah. Kalau dulu bisa sampai jam satu malam untuk memelototi makalah, sekarang bisa berkurang karena jumlah yang lebih sedikit. Biasanya makalah dibagi sudah pada last minuite dan harus kami pelajari lalu ada saatnya melakukan klarifikasi di lapangan dengan anggota gugus.

 

Pada saat tampil pada session presentasi pun tak kalah menarik. Mereka unjuk karya sekitar 20 menit dan tampil bergiliran. Mereka menampilkan hal terbaik yang dimilikinya. Ada yang membuat kreasi pada pembukaannya, ada yel-yel, ada yang membuat semacam video klipnya dengan aktor mereka sendiri dan latar belakang pabrik, ada yang cukup percaya diri tampil sendirian sehingga dia lupa kalau ada temannya. Tujuannya hanya ingin tampil terbaik. Betapa menyenangkan bukan? Saya melihat seorang aktor, sutradara, pengatur komposisi, kameraman, design grafis, pemikir, analis, dan jangan lupa mereka juga karyawan, operator yang mempunyai tanggung jawab pekerjaan. Mereka melakukan hal tersebut di sela-sela waktu kerjanya. Mereka harus berbagi waktu dengan keluarganya di rumah. Mereka harus mencuri waktu istirahatnya sendiri. Atau memacu otak kirinya untuk peran kreativitas setelah otak kanannya dipakai untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Mereka merangkap dari seorang pelaku inovasi, penulis, dokumentator sekaligus analis ekonomi karena ada analisa cost benefitnya yang harus ditampilkan. Mereka harus belajar oportunity loss. Mereka bukan hanya aktif di satu gugus tetapi ada yang merangkap di beberapa gugus. Ada juga yang merangkap sebagai panitia dllnya.

 

Seusai presentasi, perdebatan juri pun tak kalah menarik. Padahal sebelumnya ada proses docking penilaian sebelum presentasi dan hanya menunggu nilai presentasi. Artinya para juri sudah rapat-rapat di hari sebelumnya untuk kesepakatan penilaian. Proses docking hanya untuk mempermudah dan mengurangi waktu berdebat karena biasanya setelah presentasi waktunya pendek dan ditunggu pengumumannya saat penutupan. Tetapi perubahan pertimbangan bisa saja muncul setelah melihat presentasimeski sebenarnya tak dikehendaki. Presentasi yang ditampilkan jauh lebih bagus pada saat penilaian di lapangan. Tak kalah menariknya ada juga dewan telaahnya -seperti dewan syuronya partai- meski perannya kadang dipertanyakan.

 

Isyu perdebatan juri biasanya mencakup 3 hal, yaitu kontens, metodologi dan benefit. Tiga hal ini yang selalu menjadi topik menarik untuk bahan perdebatan. Ada yang kontennya bagus tetapi metodologinya kacau. Ada juga yang temanya sederhana tetapi tampilannya menarik, lengkap dengan data-data yang ditampilkan. Ada juga yang antara kontens dan metodologinya sama-sama biasa saja. Juga benefitnya. Hal yang terakhir ini biasanya dilakukan oleh gugus pemula yang asal tampil saja. Biasanya juri sangat menyayangkan bila ada ide yang bagus tetapi kalah hanya karena metodologinya tidak kena. Sayang sekali. Dan juri ingin membantunya dengan alasan “pembinaan”.

 

Begitulah yang terjadi. Begitulah sebuah konvensi mutu ditampilkan. Cukup banyak effort yang telah dikeluarkan. Cukup banyak kesibukan dijadwalkan dan banyak pihak telah mengapresiasikannya. Saya yakin semua tak akan sia-sia. Dalam session kunjungan di lapangan, ada salah seorang peserta mengatakan, rasanya sama saja karier karyawan yang ikut konvensi dengan yang tidak. Penilaian manajemen juga tetap saja. Mereka sepertinya menyindir terhadap sistem penilaian karya karena memang belum terakomodir di sistem penilaian. Tetapi tetap saya bilang, tetap ada bedanya antara karyawan yang aktif dalam gugus mutu dan tidak. Minimal kita sudah menebar energi posistif dengan melakukan inovasi dan energi positif tersebut akan kembali kepada kita sendiri karena hukum tarik menarik semesta alam seperti yang diceritakan dalam buku Secret. Selain itu juga banyak ketrampilan yang bisa dipelajari dari persiapan sampai tampil presentasi di konvensi. Juga networking dan melatih public speaking. Ada banyak tricken down effect dalam bentuk lain-lain. Percayalah! Tak ada yang sia-sia. Waktu diisi dengan konvensi atau tidak tetap saja berlalu, kenapa tidak diisi saja kegiatan yang positif? (Sunaryo Broto)

Suatu Saat di Satu Nama

Hampir tiap hari sebagai pengelola pendidikan dan pelatihan di perusahaan saya menandatangani surat keberangkatan karyawan untuk melaksanakan pelatihan di luar kota. Pelatihan keryawan tersebut diusulkan oleh unit kerjanya dan kami review terhadap kebutuhan kompetensi unit kerjanya. Ada sekitar 850-an karyawan yang menjalani pelatihan di luar Bontang setiap tahun.

 

Sampai bulan Oktober saya belum juga menemukan jenis dan waktu yang tepat untuk pelatihan saya sendiri. Sebenarnya saya ingin pelatihan tentang audit SDM atau mendalami performance manajemen tetapi sampai sekarang belum ketemu jadwal yang sesuai. Saya juga ingin sekali-kali pelatihan di Yogyakarta atau Bandung supaya merasakan bagaimana “menikmati” pelatihan di kota tersebut. Beberapa kali pernah melihat skedul pelatihan di kota tersebut tetapi bio data instruktur atau lembaganya belum dapat menyakinkan atasan saya untuk menyetujuinya. Kebanyakan pelatihan tentang SDM diselenggarakan di Jakarta dan terus terang saya sudah tidak bisa menikmati kota tersebut yang  terkenal dengan kemacetannya. Sekali-kali ingin belajar dalam suasana nyaman.

 

Suatu saat saya melihat usulan pelatihan tentang Pengembangan Organisasi. Melihat topiknya saya menjadi tertarik. Terlebih lokasinya di Yogya. Wah! Sayapun ikut mendaftar juga. Awalnya atasan saya tidak setuju karena lembaga penyelenggara, Satu Nama tidak dikenal di pelatihan SDM. Sayapun juga tidak mengenalnya. Biasanya yang terkenal di pelatihan SDM adalah DDI (Daya Dimensi Indonesia), Hay Konsultan atau LPPM dll. Lalu saya cari di internet dan mendapatkan silabus pelatihan. Ada yang membuat saya tertarik, ada bahan tentang perumusan visi misi dan ada efektivitas organisasi. Topik ini membahas pendekatan dan strategi untuk meningkatkan effectivitas organisai dimulai dengan membuat assessment organisasi yang cocok. Menganalisis informasi hasil asessment dan menetapkan secara partisipatif. Juga langkah-langkah peningkatan kapasitas organisasi. Rasanya lembaga pelatihannya bergerak dalam bidang LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

 

Ternyata dugaan saya tak meleset. Dari 31 peserta hanya 5 dari latar belakang korporasi. Selebihnya dari kalangan LSM. Ada hal yang tak terduga, disamping peserta kebanyakan masih usia muda di bawah 30 tahunan, ada satu yang sudah berkepala 5 dan menjadikan peserta tertua. Ada juga peserta dari luar negeri yaitu Timor Leste sebanyak 6 orang. Dari Aceh ada 5 peserta. Dari Kaltim 6 peserta sekaligus mewakili Indonesia Timur karena dari Maluku dan Papua tidak ada.

 

Begitu masuk kelas hawa keakraban langsung terasa. Suasananya sama sekali jauh dari formal. Pakaian peserta terkesan seadanya, berbaju kaos oblong dan beberapa bersandal jepit. Pengajarnya juga idem ditto, bercelana jeans dan bersandal. Cara mengajarnya sangat menarik dan membuat kelas hidup. Itulah sebabnya hampir tiap hari kami pulang sekitar jam 18.00 karena saking asyiknya berdiskusi.

 

Apa yang saya dapat dari situ? Banyak hal tentang manajemen pengembangan organisasi. Pemahaman baru akan dunia aktivis sekarang, meski sewaktu mahasiswa saya juga aktif tetapi ini bertemu dengan beragam aktivis dari berbagai daerah. Kami berdiskusi, berdebat dan presentasi tentang beberapa tugas.

 

Ada kalanya instruktur atau fasilitator berusaha mencairkan suasana bila kelas mulai agak redup selepas makan siang. Ada saja idenya. Dengan mengajak beberapa peserta untuk aktif membuat ice breaking dengan suatu permainan. Atau membuat permainan  sendiri. Permainan spidol dan selotif dengan informasi berjenjang membuat tertawa. Banyak game sebagai ice breaking suasana.

 

Yang patut saya catat adalah penampilan all out sang instruktur, Mr. Mech (Metodius Kusumahadi). Dengan usia sekitar 63 tahun dengan suara dan semangat yang tak kenal lelah. Suaranya bisa meninggi atau merendah atau melucu dan membuat peserta harus tetap memperhatikan materi dan bahan diskusi. Membuat permainan melingkar dengan membuat hitungan bilangan dan kelipatan yang memaksa peserta untuk berkonsentrasi dan tergelak bila ternyata konsentrasinya buyar. Bila ada peserta mengantuk atau sibuk sendiri didekatinya dan diajak berdiskusi. Dia seperti actor dalam pertunjukan teater, actor utamanya. Atau bila kelas suasananya meredup dan ada beberapa yang berpangku tangan, ada nyanyian penumbuh semangat yang dinyanyikan bergantian antara peserta lelaki dan perempuan. I’am captain of the ship/Yes I’am, Yes I’am, Yes I’am/I’am captain of the fate/Yes I’am, Yes I’am, Yes I’am. Whatever you can do I can do/Yes I’am, Yes I’am, Yes I’am. I can do better than you/Yes I’am, Yes I’am, Yes I’am

 

Dia sudah berkeliling dunia dan mengabdikan diri pada dunia LSM lebih dari 35 tahun. Dengan entengnya bercerita tentang letak sebuah kota di Kanada atau Jerman atau Amerika. Atau bahkan di negara kecil Kepulauan Solomon. Rasanya ke luar negeri seperti ke kota tetangga. Dia juga fasih bercerita tentang letak suatu desa di Bengkulu atau Aceh atau Timor Leste. Begitu juga kalau bercerita tentang proyek sosialnya di Merauke, Papua seperti hafal di luar kepala. Mungkin mata kakinya kalau bisa bercerita akan berkata bila sudah melihat dan menginjak permukaan bumi di hampir seluruh negara di dunia. Dia juga sangat menguasai teori manajemen dan praktis operasional LSM.

 

Ada beberapa materi atau ungkapan-ungkapan lepas yang layak saya catat. Diluar catatan teknis tentang manajemen organisasi. Diantaranya adalah seperti saya tulis berikut.

 

Mr. Met mengawalinya dengan berkata, Bung Karno pernah  berkata, ada 3 syarat suatu negara : identitas (kepribadian), kemandirian ekonomi (resources), kemandirian politik. Begitu juga dengan organisasi, minimal harus ada tujuan, sumber daya dan system. Ketiganya dikelola dengan manajemen. Dalam organisasi sebaiknya no body is indispensable, tak ada yang sangat diperlukan. Jangan sampai ada orang yang tak tergantikan. Semua orang dalam organisasi tersebut dapat diganti. Setiap fungsi sebaiknya ada second line (lapis kedua).

 

Nilai-nilai perusahaan secara universal paling tidak terdiri dari 4 hal yang diambil dari bahasa Yunani.yaitu Unum (satu), Bonum (kebenaran), Verum (keadilan), Pulchrum (keindahan).

 

Pembuatan visi dan misi. Biasanya ada 3 macam model yaitu thematis, naratif atau deskriptif. Thematis biasanya dengan bahasa singkat. Gampang diingat tetapi ada yang “disembunyikan”. Naratif biasanya dengan kalimat yang panjang. Deskriptif dengan kalimat yang lebih panjang dan biasanya menjadi susah diingat. Penetapan visi ke arah end (hasil). Sedang misi ke arah means (upaya). Jangan dicampuradukkan. Nilai ke arah end. Lebih abstrak. Prinsip arahnya means. Prinsip biasanya lebih kongkrit disbanding nilai. Di sebagian dunia penulisan visi misi didahului dengan visi dan diikuti misi. Di Amerika Utara penulisan visi misi dibalik. Misi baru visi.

 

Dalam mengelola organisasi sebaiknya berpegangan pada system, bukan manusia. Dalam perjalanan waktu motivasi orang bisa berubah. No body is useless. Tonjolkan sisi positif dalam setiap kekhasannya. Organisasi sebaiknya komplet antara laki-laki dan perempuan. Untuk organisasi kemanusiaan tak perlu malu mendapat dana dari luar tetapi usaha mencari dana sendiri harus tetap dilakukan.

 

Siapa yang bertanggung jawab pada “peradaban” setempat? Jawabnya adalah pemimpin setempat. Menjaga kwalitas pemimpin dengan pastikan posisi gambar besar dari visi misi, struktur dan kultur, menjaga keunggulan dan kekhasan, memaksimalkan jaringan, menjaga mutu dan dampaknya. Cara efektif untuk membangun kader, memberi kesempatan pada setiap orang untuk bertanggung jawab.

 

Masih banyak kata-kata bernas yang layak catat. Mungkin ini bukan hal baru, tapi perlu dimaknai. Bila ingin menjadi orang yang berarti harus mempunyai disiplin. Jika tak disiplin tak akan menjadi apapun. Maka semua tergantung anda, apa mau menjadi orang berarti atau tidak. Manusia dinilai seberapa banyak dia berarti bagi sesamanya. (Sunaryo Broto)

 

Selasa, 11 November 2008

Suatu Waktu di Satu Nama




Beberapa foto kegiatan pelatihan Pengembangan Organisasi di Satu Nama, Jl. Sambi Sari No 99 Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta tgl 13-18 Oktober 2008. Pelatihan yang menyenangkan dengan beragam peserta dari seantero negeri dan beragam kasus yang dibahas, khususnya pada organisasi LSM.

Rabu, 09 Januari 2008

TNK dan Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar

Apa yang terbayang bila anda mendengar nama Kalimantan? Yang ada di benak, adalah hutan dan Dayak. Meski makin lama makin menurun populasinya tetapi kedua hal tersebut masih ada. Mumpung masih bisa menikmati, bila anda di Kalimantan Timur nikmatilah hutan di Taman Nasional Kutai (TNK).

 

Pohon ulin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kaltim dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut. Banyak bangunan rumah di daerah Kalimantan Timur menggunakan kayu ulin. Begitu juga dengan rumah atau jalan di pinggiran Sungai Mahakam, Di sekitar Pulau Kumala Tenggarong, di perkampungan pinggir laut desa Bontang Kuala, Bontang hampir semua konstruksinya menggunakan kayu ulin. Kayu ulin memang terkenal kuat terlebih bila kena air.

Tetapi, pernahkah anda melihat pohon ulin yang masih hidup? Di TNK banyak terdapat pohon ulin. Pohonnya berkayu kuat, berdaun hijau kecil-kecil dan pada pucuk daun berwarna kemerah-merahan. Ada yang masih kecil dan ada yang sudah tua dan besar. Pohon Ulin hanya salah satunya. Lokasinya tersebar di Kab. Kutai, Bontang dan Kutai Timur. Musim kunjungan yang enak sekitar bulan April s/d Oktober setiap tahunnya alias pada musim hujan karena di musim kemarau hutan terasa panas. Bahkan kadang diselingi berita kebakaran.

Bila anda dari Balikpapan bisa melakukan perjalanan darat Balikpapan-Samarinda sekitar 2,5 jam kemudian dilanjutkan ke Bontang sekitar tiga jam. Ada pilihan, carter mobil or taksi sedan sekitar 450 ribu dari Balikpapan-Bontang. Lebih nyaman dengan Kijang Innova. Atau menggunakan bus dengan route Balikpapan-Samarinda (Terminal Sungai Kunjang) lalu dilanjut pakai mobil kijang bareng2 dengan tarif sekitar Rp25 ribu sudah sampai Bontang. Pakai bis ke Bontang juga bisa tetapi dari Terminal Lempake di pinggir Samarinda arah Bontang dengan tarif sekitar Rp14 ribuan. Kalau mau enak, naik pesawat Dash 7 Pelita Air Service, carteran Pupuk Kaltim atau LNG Badak yang terbang tiap hari dari Balikpapan –Bontang. Cari tiketnya di counter Pupuk Kaltim atau Badak di Terminal Kedatangan Airport Sepinggan belok kanan. Tetapi karena pesawat carteran yang dipentingkan adalah karyawan dan keluarga perusahaan tersebut. Untuk umum dengan status waiting list dengan tarif sekitar Rp350-an ribu. Artinya bila ada seat kosong baru boleh ikut. Bila pertama kali ke Kalimantan lebih dengan perjalanan darat.

 

Kalau sudah sampai Bontang tinggal kendaraan ke arah Sangatta baik dengan bus Damri atau mobil carteran, di sepanjang jalan Bontang-Sangatta itu TNK berada. Atau Bontang-Teluk Kaba dengan menggunakan speed boat sekitar 30 menit. Selain itu antara Bontang-Sanggata terdapat jalan raya membelah taman nasional. Taman nasional ini merupakan lokasi taman nasional ketiga sebagai pusat rehabilitasi orangutan yang berlokasi di Teluk Kaba.

 

Taman Nasional Kutai

Starting point saya dari Bontang karena itu rumah saya yang saya diami lebih dari 15 tahun. Hampir tiap hari saya melewati pinggir TNK karena memang kawasan TNK berbatasan dengan komplek Pupuk Kaltim dan bila ke kantor saya pasti melewati pingggirnya, meskipun kenyataannya hutan tersebut sudah didiami penduduk.

Taman Nasional Kutai seperti dikutip dalam websitenya memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin, hutan meranti, hutan pohon kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia. Menurut SK Menteri Pertanian, SK No. 736/Mentan/X/1982 luasnya 200.000 hektar. Menurut Menteri Kehutanan, SK No.325/Kpts-II/1995 luas 198.629 hektar. Temperatur udara 27° - 33° C. Curah hujan Rata-rata 1.500 mm/tahun. Ketinggian tempat 0 - 397 meter dari permukaan laut.

Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.

Disamping memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan, TNK juga memiliki potensi keanekaragaman satwa, yaitu dari kelompok primata seperti orangutan (Pongo satyrus), owa Kalimantan (Hylobates muelleri), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), beruk (M. nemestrina nemestrina), dan kukang (Nyticebus coucang borneanus). Kelompok ini dapat dijumpai di Teluk Kaba, Prevab-Mentoko dan Sangkimah. Kelompok ungulata seperti banteng (Bos javanicus lowi), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), dan kancil (Tragulus javanicus klossi). Kelompok ini dapat dijumpai di seluruh kawasan Taman Nasional Kutai. Kelompok carnivora seperti beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), pergam raja/hijau (Ducula aenea), ayam hutan (Gallus sp.), beo/tiong emas (Gracula religiosa), dan pecuk ular asia (Anhinga melanogaster melanogaster).

Taman Nasional Kutai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pupuk Kaltim, PT. Badak LNG, dan Pertamina (Mitra Kutai). Mitra Kutai memberikan bantuan pendanaan dan pelaksanaan pelestarian taman nasional tersebut. Beberapa obyek yang menarik untuk dikunjungi antara lain Teluk Kaba dan Muara Sangkimah, tempat wisata bahari dan pengamatan satwa seperti orangutan, bekantan, rusa sambar, kancil, beruang madu dan burung. Teluk Lombok dan Muara Sungai Sangata, tempat wisata bahari dan pengamatan hutan bakau yang masih utuh.
Prevab Mentoko di Sangatta, tempat penelitian dan pengamatan satwa seperti beruang madu, orangutan, kancil, rusa sambar, dan babi hutan.

Sangkimah, Tempat Pohon Ulin Terbesar

Tempat paling asyik untuk melihat hutan adalah Sangkimah karena ada pohon ulin dengan diameter batang terbesar di Indonesia. Nama Sangkimah diambilkan dari nama sungai yang mengalir berkelok di dalam hutan. Seperti dimuat dalam publikasi KABARA edisi Januari 1997 tulisan Mick Jeffery dari Unesco, Sangkimah adalah satu-satunya sisa dari hutan basah. Di hutan basah ini didominasi oleh satu jenis pohon yang banyak digunakan oleh masyarakat Dayak karena kekuatan dan ketahanannya.

 

Letak hutan Sangkimah tidak jauh dari Bontang. Sekitar 33 km dari pertigaan Bontang-Samarinda-Sangatta ke arah Sangatta, tepatnya di kiri jalan ada kantor TNK lalu masuk ke dalam hutan lewat jalan kayu sekitar 1 km. Dengan kendaraan umum bisa dicapai dengan naik bis Damri Bontang-Sangatta atau naik mobil Kijang berombongan.

 

Pohon ulin terbesar yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya diperkirakan 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia. Mungkin perlu 6-7 orang dewasa untuk memeluknya. Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang. Kalau tangan kita ditaruh di dekat lobang tersebut akan dingin karena ada hembusan udara. Masih menurut KABARA, diperkirakan pohon ulin tersebut usianya antara 500-1.000 tahun. 

 

Dari pinggir hutan tersebut masuk ke hutan dengan jalan kaki menyusuri track dari kayu ulin. Menyusuri jalan kayu akan melewati beberapa jembatan sungai Sangkimah. Kita akan berjalan di antara sungai, lebatnya hutan dan nyamuk-nyamuk.  Dianjurkan memakai baju lenga panjang karena nyamuknya banyak. Kalau badan ini diam sebentar sudah dikerubiuti nyamuk. Makanya tubuh harus bergerak terus.

 

Ada 2 jenis jalur dengan tingkat kesulitan dan keasyikan yang berbeda. Pada jalur pertama adalah jalur berjalan pada kayu ulin sepanjang sekitar 800 meter menuju pohon ulin raksasa dengan diameter 2.5 meter. Jalur ke-2 adalah lanjutan dari jalur pertama melingkar sejauh 4 km kembali ke tempat semula melewati berbagai rintangan alam dan buatan antara lain jembatan gantung, jembatan kereta api, jembatan goyang dan jembatan kawat. Tidak ada jalan lain selain harus melewatinya. Sangat menantang untuk lintasan pelatihan outbond. Jembatan kawat ini selalu bergoyang keras kalau kita pesimis dan sebaliknya akan terasa tenang jika mampu mengendalikan perasaan. Juga terdapat rumah pondok di ketinggian 25 meter di atas pohon. Di Sangkimah –kalau beruntung- bisa melihat orang utan, enggang (Buceros rhinoceros). Infonya tersedia penginapan di lokasi.

 

Sungai Sangkimah termasuk sungai yang agak besar. Di beberapa tempat airnya menggenang dalam tetapi di lain tempat hanya mengalir kecil. Ada jembatan dari kayu yang membelah sungai. Beberapa pohon bertumbangan baik di tempat tumbuhnya maupun di sungai. Suasana hutan sunyi tetapi sesekali burung-burung berkicau memperdengarkan suaranya. Masih menurut KABARA, banyak juga hewan, antara lain : gibbon, orang utan, macaque ekor babi, macaque ekor panjang. Selain itu ada juga burung-burung enggang, malkoha, pitta, kakatua, kingfisher dan drongo yang terbang di antara pepohonan hutan.   

 

Menurut Husen (60 th), petugas lapangan TNK, pohon ulin tersebut untuk penelitian orang Jepang. Pohon-pohon sekitar juga digunakan sebagai bahan kajian penelitian. “Jalan kayu inipun yang membangun orang Jepang. Mungkin karena harus bolak-balik ke tempat penelitiannya maka untuk mempermudahkannya dibuat jalan kayu sepanjang sekitar 1 km ke tempat penelitiannya”, kata petugas TNK yang enerjik itu. Memang di kiri-kanan jalan kayu tersebut banyak pohon yang diberi tanda khusus. Selain ulin, ada juga beberapa raksasa penjaga hutan yang termasuk dalam spesies dipterocarpus seperti meranti, kapur dan keruing. Ada juga pohon fig penjerat, anggrek, palem rotan, buah-buahan hutan dan beberapa tanaman obat-obatan.

 

Tempat Konservasi Teluk Kaba

Teluk Kaba merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Kutai. Lokasinya sekitar 30 km dari Bontang ke arah utara (Sangatta) dan bisa dicapai dari laut maupun darat. Dari jalan utama km-27 belok ke kanan sekitar 3 km sudah sampai. Di sini dapat disaksikan keindahan alam berupa pohon-pohon bakau, hutan berpadang rumput, dan hutan hujan. Wisatawan yang mencintai keindahan alam dapat secara langsung menyaksikan kehidupan satwa seperti orangutan, rusa sambar dan kera. Di tempat ini juga bisa dengan mudah ditemukan tanaman "kantung semar", yakni tanaman khas Taman Nasional Kutai. Orang Utan (pongo pigmeus) dan bekantan (nasalis larvatus) masih terdapat disini, jika anda beruntung dapat menemuinya.

 

Teluk Kaba memang bukan daerah wisata umum dan tak banyak pengunjung datang sebagaimana daerah tujuan wisata. Pemandangan ke arah laut hanya laut dan beberapa pohon bakau. Disini terdapat board walk disela-sela hutan mangrove yang memudahkan kita untuk berekplorasi di alam bebas. Ada 2 bangunan kayu sederhana di tanah lapang untuk tempat petugas TNK dan beberapa informasi tentang satwa. Di situ merupakan tempat konservasi satwa langka. Ada orang hutan, rusa payau dan tengkorak kepala orang hutan.

 

Wisata Pantai Teluk Lombok

Sekitar 50 km ke arah utara ada suatu teluk di pinggir laut yang lumayan bagus pemandanganya dengan pasir putih luas memanjang sekitar lebih dari 1 km. Bila laut pasang padang pasir itu tak akan kelihatan, tetapi bila laut surut gugusan pasir itu membentuk lapangan yang sangat luas. Banyak pengunjung yang memanfaatkan untuk bermain. Baik bermain lari-lari, kejar-kejaran, bermain bola dll. Sebuah pemandangan yang indah. Laut di kejauhan membiru, ada satu dua perahu nelayan melintas dan anak-anak bermain air. Ombak kecil mengalir membawa butiran air. Tak seberapa besar. Angin bertiup kencang membawa angin pantai. Di pinggir jalannya sudah banyak sekali warung-warung berjualan makanan dan tempat berteduh pengunjung di sela pohon cemara dan bakau. Sebuah pemandangan langka untuk kawasan Kalimantan. Itulah tempat yang diberi nama Teluk Lombok. Tak ada hubungannya dengan Pulau Lombok, juga dengan tanaman lombok.

 

Bagaimana menuju ke Teluk Lombok? Jaraknya sekitar 50 km dari Bontang. Melewati jalan Bontang-Sangatta pada sekitar km. 35 dari Bontang setelah melewati Teluk Pandan, Teluk Kaba dan Sangkimah –tempat pohon ulin terbesar di dunia. Ada pemandangan yang menyedihkan sekitar kawasan hutan lindung di Sangkimah. Di kanan kiri jalan hutan pada ditebangi dan dibakar. Ada banyak tempat sudah menjadi hitam dengan sisa-sisa arang dan asap yang masih mengepul. Di tempat itu masih terlihat beberapa tenda biru –tempat para perambah beristirahat- dan mulai dibangun satu dua rumah kayu sederhana. Menyedihkan! Sayang mau tamasya tetapi melihat pemandangan yang menyedihkan, ribuan pohon di Taman Nasional Kutai ditebangi.

 

Dari jalan raya ini lalu berbelok ke kanan ke arah Komplek Pertamina Sangkimah. Jalannya masih jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 12 km. Ada 3-4 km jalan beraspal di kawasan komplek Pertamina, diantara jalan tanah tersebut. Ada beberapa sumur minyak yang dieksplorasi dan terlihat pipa-pipa panjang mengalirkan minyak mentah. Ada beberapa bangunan fasilitas produksi dan kompleks perumahan.

 

Kalau wisata ke Teluk Lombok disarankan membawa air tawar karena prasarana umum untuk penyediaan air tawar sangat minim. Belum bagus sarana untuk ke toilet. Setelah bermain dengan air laut untuk membilas tubuh diperlukan air tawar dan itu sangat sulit diperoleh di situ. Kalau harus membeli terlalu mahal harganya. Masak satu ember kecil harganya Rp20.000.

 

Wisata Laut Aquatik di Sangatta

Wisata laut masih ada lagi di daerah Kutai Timur yaitu Aquatik. Kawasan ini awalnya dibangun oleh perusahaan tambang batu bara KPC (Kaltim Prima Coal) sebagai tempat rekreasi karyawannya. Tetapi belakangan ini dibuka menjadi tempat rekreasi umum. Laut biru dan di pinggirnya ditata dengan batu-batu dengan ruang parkir yang nyaman. Ada juga ruang dengan pasir putih dengan diselingi pohon bakau. Tempat ini sangat cocok untuk berjalan dan menikmati pasir dan air laut. Ombak sebagaimana di daerah laut Kalimantan tak seberapa besar.

 

Lokasinya sekitar 10 km dari pusat kota Sangatta ke arah Bukit Pelangi dan Batu Putih. Sudah ada jalan aspal dan jalan tanah berbatu sepanjang sekitar 2 km menjelang pantai. Di sini banyak monyet berkeliaran di pinggir jalan yang dipenuhi hutan bakau. Kami menempuhnya dengan naik mobil. Belum ada moda transportasi darat untuk umum.

 

Pada saat hari libur pengunjung sudah banyak. Ada beberapa kelompok dengan membentuk semacam home base dengan menggelar tikar di lantai. Anak-anak berlari menyusuri pinggir pantai sedang yang dewasa mempersiapkan makanan dengan alat bakarnya. Ya sebagaimana tempat wisata keluarga kalau tidak disiplin dalam hal kebersihan kesannya jadi kotor. Itu yang terjadi di sekitar areal parkir Aquatik. Tetapi bagaimanapun juga sekali waktu melepas pandangan ke laut lepas salah satunya ya di tempat ini diantara hutan Taman Nasional Kutai (Sunaryo Broto)

            

 



Bontang Bagian dari Kampung Saya

Sebelumnya ada beberapa kota di Kalimantan Timur yang sudah lama dikenal yaitu Samarinda, Balikpapan, Tarakan. Kini mulai bermunculan kota lain yang mulai tumbuh dan mulai dikenal. Diantaranya, Bontang, Kutai Kertanegara, Sangatta dan beberapa kota lainnya. Bila sudah sampai Kalimantan Timur sebaiknya kunjungilah Kota Industri, Bontang di pesisir pantai Selat Makasar dan pinggiran TNK (Taman Nasional Kutai).

 

Sudah 15 tahun saya mendiami tempat ini dan sudah selayaknya mengabarkan bahwa Bontang salah satu tempat nikmat dan sudah menjadi bagian dari hidup saya. Bontang bagian dari kampung saya. Ada beberapa daerah yang layak untuk dinikmati.

 

Bontang, di daerah Equator

Setidaknya ada 3 hal Bontang dikenal, sebagai produsen gas alam cair, pupuk urea atau batubara. Gas alam cair untuk merepresentasi pabrik LNG (Liquid Natural Gas) Badak, produsen pupuk urea untuk Pupuk Kaltim dan batubara untuk Indominco Mandiri. Tetapi mulai ada parameter lain yang menjadikan Bontang dikenal, melalui sepak bola club sepakbola Bontang PKT (Pupuk Kaltim) yang berlaga pada divisi utama dan marching bandnya dengan Marching Band Bontang PKT (MB PKT) yang dikenal sebagai juara nasional Grand Prix Marching Band sebanyak 8 kali. MB PKT bisa dikatakan telah menjadi salah satu kiblat pembinaan marching band di tanah air.

 

Selanjutnya ikon ini bisa ditambah dengan lezatnya kepiting dan ikan laut bakarnya. Juga ada kampung nelayan di atas laut, Bontang Kuala dengan sentral trasi dan rumput laut. Juga beberapa prestasi pemerintah kota dengan beberapa penghargaan yang menjadikan kota kecil ini menjadi dikenal. Di Bontang juga ada stasiun televisi lokal, PKTV (Publik Khatulistiwa TV) dan LNGTV. Sebagai tempat salah satu produksi pupuk dan gas terbesar di dunia, kota ini menjadi salah satu tempat penting dari negara Indonesia. Setidaknya pemerintah menganggap penting sebagai asset negara dan harus menjaganya dengan ditempatkannya Satuan Rudal dari TNI untuk bermukim di sana.

 

Bontang sebelumnya hanya merupakan perkampungan yang terletak di daerah aliran sungai. Mulai tahun 1975, Bontang mulai berkembang sebagai daerah industri. Pada 1974 berdiri PT Badak yang mengelola industri gas alam. Tahun 1977, menyusul berdirinya PT Pupuk Kaltim yang mengelola industri pupuk dan amoniak. Tahun 1999, Kotif Bontang berubah menjadi Kota Otonom, berdasarkan Undang Undang No 47 Tahun 1999. Sebagai perkembangan dari Daerah Tk II Kabupaten Kutai, maka melalui Undang­-Undang No 47 Tahun 1999 tentang peningkatan menjadi Kota Bontang. Walikota Bontang sekarang adalah dr H Andi Sofyan Hasdam, SpS dan Wakil Walikota Drs, Sjahid Daroini. Semboyan Kota Bontang adalah "Kota TAMAN": "Tertib, Agamis, Mandiri, Aman, dan Nyaman". Motto: Bessai Berinta (bahasa setempat) yang artinya Mendayung Bersama.

 Luas wilayah Bontang, kurang-lebih 49.757 Ha yang terdiri dari daratan seluas kurang-lebih 14.780 Ha {29,70 persen) dan lautan seluas 34.977 (70.30 persen). Luas daratan meliputi, Kawasan Hutan Lindung seluas 5.950 Ha (11,96 persen), PT Pupuk Kaltim 2.010 Ha (4.04 persen), PT Badak NGL, CO 1,572 Ha (3,15 persen), sedangkan untuk kawasan pemukiman penduduk seluas 5.248 Ha {10,56 persen). Jumlah Penduduk : 118.000 (2004). Sumbangan PT Badak NGL Co dan PT Pupuk Kaltim Tbk bagi pembentukan PDRB Bontang sangat tinggi, mencapai lebih 90 persen.

Bontang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur (Utara), Selat Makassar (Timur), Kabupaten Kutai (Selatan), dan Kabupaten Kutai (Barat).
Daerah ini berada di Pantai Timur Kalimantan Timur, di daerah aliran Sungai Sangatta, Api-Api, dan Santan yang ketiganya berhulu satu. Dengan demikian, Bontang merupakan daerah endapan tanah lumpur yang terbentuk dari ketiga anak sungai itu yang kemudian membentuk delta. Delta merupakan lahan subur yang sangat baik untuk dijadikan lahan tanaman pangan.

Bontang merupakan daerah rawa pasang-surut, memiliki sifat keadaan tanahnya sering digenangi air yang lama-kelamaan menjadi asam. Tanahnya ber­sifat organik. Kadang pula pada kondisi tertentu, karena air laut pasang bersamaan curah hujan yang tinggi, menyebabkan genangan air pada wilayah tertentu sehingga hal tersebut lama-kelamaan mem­bentuk rawa

Dengan demikian, karena terletak di pantai dan pengaruh air laut pasang, tanah di Bontang menjadi payau dan asin. Keperluan air bersih sebagian besar masyarakat Bontang sangat tergantung pada air hujan dan air tawar yang diambil di hulu sungai Api-Api serta air bawah tanah.

Wilayah Bontang dilalui oleh garis katulistiwa dengan iklim tropika basah, yakni wilayah tropis beri­klim panas namun memiliki curah hujan cukup tinggi, 2000-3000 mm/tahun yang terjadi antara Oktober sampai April. Bontang juga memiliki hutan lindung. Wilayah pesisir yang dimiliki berupa pantai yang bersih, landai, berpasir putih dan belum adanya pen­cemaran. Selain itu pantai ini memiliki terumbu karang, be­ragam species ikan seperti udang raksasa (lobster), sisik sejenis penyu, teripang bahkan ikan duyung. Sebagai pengolah hasil tambang yaitu gas alam cair serta pupuk merupakan salah satu penghasil devisa terbesar di Indonesia.

Kota Bontang memiliki kawasan wisata laut yang cukup menawan. Terdapat kawasan pantai Bontang Kuala yang ramai dikunjungi wisatawan, baik dalam dan luar negeri. Airnya jernih, ornamen laut juga beragam. Wisata pasir hutan mangrove juga sangat menawan. Hutan mangrove di Bontang sekitar 600 Ha. Terdapat di Tanjung Paukung, Nyerakat, Tanjung Laut, Teluk Sekambing, Agar-agar Panjang, dan Karang Sengajah. Dan sesuai Master Plan kawasan Kota Bontang, pariwisata sebagai rencana pengembangan terbatas aktivitas ekonomi, telah diarahkan pada Kawasan Pantai berhutan bakau yang berada di sepanjang pantai sebelah timur yakni sebagian Bontang Kuala, Tanjung Laut, dan Sekambing.

Selain hutan bakau yang menawan, kawasan terumbu karang dan Padang Lamun yang berada di sekitar Pulau Karang Kelampau, Kepulauan Badak-­badak, Pulau Agar-agar, Pulau Melahing, Kepulauan Kedindingan, Pulau Manuk-manukan, Pulau panjang, dan Beras Basah.
Juga, potensi sumber daya laut berupa perikanan laut di masa datang berprospek cerah. Potensi budidaya laut dengan komoditas unggulan berupa udang, kepiting, ikan kerapu, udang lobster, kakap merah, teripang, rumput laut, dan tiram yang banyak dicari pasar luar negeri. Kekayaan sumber daya laut ini langsung memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Selain sebagai sumber penyediaan bahan pangan, juga penyerapan tenaga kerja.

Hasil laut tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga mulai dipasarkan ke luar Bontang, bahkan diekspor. Tahun 2001, produksi ikan (tambak, kolam, keramba) 123,7 ton, rumput laut kering 37,25 ton, teripang 1 ton lebih, dan ikan laut 3.994 ton. Produksi perikanan laut juga mulai diolah menjadi bahan makanan, seperti ikan kering dari berbagai jenis ikan laut, cumi-cumi dan ikan teri. Juga udang papai yang banyak diminati dan terasi khas Bontang.

Akses Menuju Bontang

Bagaimana mencapainya? Cara mudahnya dengan pesawat dan hanya memerlukan waktu sekitar 35 menit dari Airport Sepinggan, Balikpapan. Ada 2 kali penerbangan dari Balikpapan dengan pesawat Pelita Air Service jenis Dash7 bermuatan 24 orang. Bontang mempunyai beberapa fasilitas transportasi seperti terminal Bontang dan lapangan terbang Badak yang bisa diakses menuju ke Bontang melalui kota-kota tetangga (Samarinda, Balikpapan , dan Sangatta) yang merupakan pintu masuk ke Bontang.

Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk menuju ke Bontang melalui Balikpapan :

  • Naik pesawat Pelita Air (pesawat internal PT. Badak LNG Co. dan PT. Pupuk Kaltim Tbk.) dari bandara udara Sepinggan. Jam keberangkatan sekitar 10:00 dan 15:00 dengan tarif Rp. 350.000.
  • Naik taksi Balikpapan-Bontang. Jenis taksi: taxi Kalung Mas tarif terakhir Rp.450.000, taksi Kijang (Charter) dengan tarif terakhir Rp.500.000.
  • Naik travel Balikpapan-Bontang. Nama travel DB Transport. Jam keberangkatan 13:00 dan 17:00 dengan tarif terakhir Rp. 90.000.
  • Naik bus Balikpapan-Bontang. Nama bus Samarinda Lestari. Jam keberangkatan 06:00 dan 18:00 dengan tarif terakhir Rp. 50.000.
  • Naik bus jurusan Samarinda dari Terminal Batu Ampar Balikpapan. Dari Samarinda naik angkot ke terminal Lempake. Dari Terminal Lempake naik bus jurusan ke Bontang dengan tarif Rp14.000an. Jam keberangkatan pagi sampai sore.

 

Biasanya kalau pergi di suatu daerah harus ada yang bisa dicicipi di daerah tersebut. Di Bontang karena daerah pantai tentunya yang enak adalah makanan berbahan baku dari laut. Ada amplang, rumput laut dan trasi. Untuk restonya tersedia beberapa resto. Yang terkenal adalah RM Ikan Bakar Surabaya yang biasa disebut Cak Ali di Jl. Bayangkara. Di sini tersedia ikan baronang, ikan putih, udang, kepiting dll. Tersedia juga sambal gami yang khas Bontang. Orang bule kabarnya menyukai sambal ini. Resto yang terkenal lainnya adalah Resto Melati di depan Rudal yang  menyediakan menu utama kepiting yang disenangi oleh orang Jepang. Resto ikan bakar Caplin dan Ampera di Loktuan juga enak. Untuk masakan ikan bakar di Bontang lebih enak dari daerah lain karena kebanyakan ikannya masih segar. Fresh from oven he..he... Masakan yang lain seperti bakso Solo, mie, sate madura, nasi goreng dll seperti halnya kota lain juga tersedia.

 

Kawasan Pupuk Kaltim dan LNG Badak

Saya harus bercerita tentang keadaan di sekitar saya yang setiap hari saya diami dan menjadi sumber periuk keluarga beserta desah nafas saya. Mungkin juga lebih dari 15.000 keluarga merasakan hal yang sama.

 

Ada kawasan industri Pupuk Kaltim seluas 493 ha yang terdiri dari 4 pabrik amoniak dan 5 pabrik urea dengan kapasitas hampir 3 juta ton urea per tahun yang menjadi produsen urea terbesar di duia di satu lokasi. Segala infrastruktur pabrik seperti gudang, pelabuhan, storage dll tersedia di areal ini dan juga komplek perkantoran. Disamping Pupuk Kaltim ada juga pabrik lain di Kawasan Industrial Estate seluas 230 ha yang terdiri dari pabrik melamin, pabrik methanol, pabrik soda ash, pabrik amoniak dll

 

Di kawasan Pupuk Kaltim tersedia fasilitas sosial antara lain sekolah, sarana ibadah, sekolah berbagai sarana olah raga tenis, kolam renang, golf, sepak bola, bulu tangkis, basket, soft ball, menembak dll Ada sekolah olah raga yaitu Sekolah Sepak bola Mandau, Sekolah Bulu Tangkis dll. Ada beberapa club olah raga antara lain Club Sepakbola Bontang PKT, Marching Band Bontang-PKT, PTM PKT, Volley PKT, Sintuk Tennis Club.. Melalui pembinaan sejak usia dini, diharapkan dapat membentu karakter anak-anak muda sebagai persiapan menghadapi persaingan di masa datang.

 

Di Kawasan LNG Badak tersedia seperti yang ada di Pupuk Kaltim dengan segala kurang lebihnya. Kedua kawasan kadang dikunjungi masyarakat atau tamu dari luar untuk plant tour. Kedua kawasan ini memang seolah menjadi kawasan tersendiri tetapi sebenarnya terbuka untuk umum hanya karena aturan safety maka memang harus ketat penangannya.

 

Bontang Kuala, Kampung di atas air

Kalau ingin menyusuri jejak siapa yang pertama kali datang ke Bontang, barangkali di Bontang Kuala ada jejaknya. Kampung ini khas sekali sebagai daerah pantai, sebuah kampung yang semuanya bermukim di atas laut. Mungkin tempat ini paling banyak dikunjungi masyarakat luar Bontang untuk sekedar melihat kekhasannya. Lokasinya di pinggir laut Timur Bontang. Kampung ini benar-benar di atas air karena semua infra struktur bangunan dari kayu di atas laut. Kayu yang tahan menopang menjadi kampung adalah kayu ulin atau kayu besi.

 

Jalan masuk ke Bontang Kuala sudah bagus dengan dilengkapi trotoar dari kayu ulin di kanan kiri jalan sepanjang sekitar 1 km. Masuk Bontang Kuala disambut oleh plakat Selamat Datang dan jalan kayu selebar sekitar 2 meter sudah membentang. Mobil dan semua kendaraan roda empat di parkir di dekat gerbang masuk kampung. Sayang sekali tempat parkir ini tak luas. Bila hari libur dan pengunjung banyak maka parkir mobil bisa meluap sampai jalan. Ada beberapa warung menjual makanan khas Bontang Kuala dari hasil laut antara lain rumput laut, ikan asin, trasi dll. Masuk jalan kayu hanya kendaraan roda dua yang boleh masuk. Kita akan menyusuri jalan kayu ini sampai ujung sepanjang lebih dari 1 km.

 

Di ujung kampung banyak sekali restoran ikan bakar yang menyediakan menu-menu hasil laut. Pengunjung dapat bersantai menikmati masakan dan panorama laut. Tinggal pilih tempat makan yang enak. Disamping menu ikan bakar ada yang khas yaitu sambel gami, sambelnya dimasak dengan bawang merah dan disajikan dalam hot plate panas. Rasanya nyas. Ada Tanjung Cafe dan beberapa restoran lainnya.

 

Ada even tahunan yang sering digelar di sini yaitu pesta laut. Menurut sejarah, bagi masyarakat Bontang, pesta laut tersebut merupakan upacara Mejamu Karang yang bertujuan untuk memberikan sesaji kepada penguasa laut. Pesta laut pada dasarnya merupakan wujud syukur warga Bontang kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan kepada rakyat Bontang, khususnya yang berupa sumber daya alam laut. Biasanya beberapa kegiatan unik diselenggarakan untuk menyambut pesta ini, misalnya lomba teriak di tengah laut, membuat agar-agar terbesar, serta membakar ikan terpanjang di dunia.

 

Pulau Beras Basah dan Segajah
Beras Basah merupakan nama sebuah pulau di wilayah kota Bontang. Pulau kecil dengan pantai pasir putih ini merupakan tempat rekreasi yang menarik sambil menikmati keindahan panorama laut selat Makassar. Pengunjung dapat berenang, berjemur dan menghirup udara laut dengan leluasa. Dari pulau ini terlihat jelas kawasan industri LNG badak di pinggir laut.

Pulau ini merupakan pulau tempat mercu suar laut. Ada satu penjaganya dengan rumah sederhana. Ada beberapa tanaman pesisir antara lain bakau, pandan dan beberapa burung.  Pulau Beras Basah dapat dicapai dengan menggunakan Speed Boat atau kapal motor yang biasa disebut ketinting dari Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang. Paling asyik bila ke Beras basah sambil membawa bekal makanan, minuman dan ikan bakar sendiri karena tak ada penjual di sini. Setelah lelah menikmati laut terasa lebih nikmat lagi sambil menikmati ikan bakar.

Tak jauh dari situ ada juga Pulau Segajah yang lebih kecil luasnya. Di pulau ini tak ada tumbuhan dan hanya onggokan pasir saja. Kalau laut pasang pulau ini ditelan air tetapi kalau laut surut akan  kelihatan pasirnya. Kalau kita ke pulau ini dapat bermain dengan pasir sepuasnya. Terutama anak-anak akan sangat senang bermain dengan pasir. Ada yang indah di sekitar pulau ini yaitu pemandangan di bawah air. Terumbu karang dan ikan laut sangat indah dinikmati dengan snorkeling.

Kalau ke Segajah lebih baik berangkat pagi karena biasanya sekitar jam 14.00 air laut mulai pasang. Cara mencapai ke Segajah bisa dengan speed boat dari pelabuhan Pupuk Kaltim atau Badak. Atau kalau dari luar bisa dengan carter ketinting dari Loktuan atau Tanjung Laut.

Pulau Selangan

Di sebelah selatan, ada pulau lain yang ditempati para nelayan namanya Pulau Selangan, masuk wilayah Bontang Lestari. Sebenarnya bukan tepat disebut pulau karena ini semacam pemukiman di atas air. Semua bangunan dan rumah dibangun dengan kayu ulin di atas air. Jadi memang tak ada daratan.

Dari pintu depan pelabuhan kecilnya tertulis plakat Selamat Datang di Wisata Keramba Dusun Selangan Laut, Bontang. Lebih dari seratus rumah dan bangunan berdiri di situ. Ada sekolahan, masjid dan beberapa bangunan umum. Kebanyakan mata pencaharian penduduk sebagai nelayan. Ada juga yang memelihara ikan laut dalam keramba. Sekali waktu kami ke sini dan pesan makanan dan ikan bakar pada penduduk setempat. Beberapa penduduk ada yang menjual ikan asin.

Satu-satunya alat transportasi ke Selangan hanya dengan perahu. Sayang untuk masuk daerah ini hanya bisa naik ketinting atau speed boat dengan carter .(Sunaryo Broto)

 

Jalan-jalan ke Rumah sahabat




Sekali waktu jalan-jalan ke rumah seorang sahabat. Saya jalan-jalan ke rumah di Bukit Sentul, Bogor di rumah teman saya satu kost di Yogya, Pur. Pur sekarang kerja di Bandung dan sebelumnya pernah kerja di Bontang. Sambil bernostalgia dan berolah raga jalan-jalan di sekitar rumah. Silakan lihat he..he..

Selasa, 08 Januari 2008

:: Indonesian Backpacker Community - Home

http://www.indobackpacker.com
Situs tempat komunitas backpacker Indonesia berdiskusi dan berbuat

http://www.pupukkaltim.com

http://www.pupukkaltim.com
Pupuk kaltim adalah web perusahaan saya bekerja. Sangat banyak yang telah diberikan Pupuk Kaltim kepada saya dan banyak orang lagi. Rasanya belum banyak saya berbuat membalasnya. Tapi saya tetap berusaha menghargainya he..he...

Senin, 07 Januari 2008

Menikmati yang Sedap-sedap di Sedap Malam

 

S

etelah melalui sekian guyonan dan diskusi via email, undangan, revisi dan molornya waktu maka pertemuan bertajuk yang sedap-sedap di Sedap Malam akhirnya terlaksana di rumah dinas Manik Priandani, Jl. Sedap Malam No 14 PC VI PKT pada tanggal 1 Januari 2007 jam 11-an sampai selesai. Ini adalah pertemuan kedua CB (Club Buku) 33 setelah mencari sekian waktu luang. Pertemuan pertama pada saat deklarasi CB-33 pada tanggal 3-3-2007 di Jl. Kecubung 33 PC VI. Hadir dalam pertemuan kedua tersebut Ezrinal Azis beserta anaknya, Mudjib Utomo dengan anaknya, Mujab, Sunaryo Broto dan anaknya, Abdul Hakim, Kusnul Nurmanto, Wijaya Laksana, Edy Pratolo, dan Novianto. Ada beberapa teman yang karena satu dan dua hal tidak bisa datang tetapi ikut merespon diskusi buku via email.

 

Acara utama adalah santai-santai silaturahim setelah lama berdiskusi via email. Ada sembilan bulan lebih dan sudah puluhan buku diresensi dan dibahas via email dengan segala pernik candanya. Tuan rumah, Manik menjadi pembicara utama membahas Trilogi Buku Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Buku yang sudah belasan kali terbit sejak 2005 dan selama 3 pekan menjadi best seller tetap menarik untuk dibahas. Pembahasan diselingi diskusi dengan ramai karena hampir semua peserta antusias berkomentar terutama Mudjib Utomo sangat rinci informasi tentang buku dan di balik buku tersebut.

 

Manik mengaku sangat menikmati 3 buku tersebut hanya dalam 3 minggu tetapi rasanya antara buku satu dan lainnya ada yang terpisah cerita. Buku Laskar Pelangi bercerita tentang keceriaan 10 anak SD Muhammadiyah di Belitong yang dijuluki gurunya Laskar Pelangi dan perjuangan tulus seorang guru bernama Bu Muslimah. Dengan segala keterbatasannya dan daya juangnya mengatasi kendala yang ada dengan tokoh utama Ikal atau Aqil Barraq Badruddin atau Wadudh atau Andrea Hirata. Buku kedua, Sang Pemimpi bercerita tentang mimpinya semasa SMA tanpa keterkaitan dengan 9 tokoh pada Laskar Pelangi. Buku ketiga Edensor merupakan rangkaian mosaik Andrea Hirata yang bercerita tentang pengalaman jalan-jalan ala backpacker sewaktu study di Perancis ke penjuru negara Eropa dan ”kebetulan” bertemu dengan sebuah desa di Inggris dengan nama Edensor. Resensi lengkapnya ada pada http://sbroto.multiply.com. Tulisan berita singkatnya juga ada di http:// hakimborneo.blogspot.com

 

 

Ada opini lain dari teman-teman yang respek via email. Komentar-komentar ini sayang sekali bila tidak didokumentasikan. Lola Karmila, staf SDM dan juga pecinta buku yang sudah membacanya berkomentar. Menurutnya di buku pertama "Laskar Pelangi", pengarangnya masih wagu, karena dia bercerita tentang anak kecil dengan bahasa orang dewasa, jadinya enggak pas. Coba kalau dia membicarakan kepintaran seseorang dengan bahasa yang sesuai dengan usianya pada saat itu,  akan  menambah nilai plus untuk buku dengan cerita yang menarik dan menyentuh hati. Seperti buku Totto-Chan (Si Gadis Kecil di Tepi Jendela) karangan Tetsuko Kuroyanagi. ”Coba bandingkan gaya bahasanya, pengarangnya bertutur dengan gaya sesuai usia pada saat itu, menarik kan,” tulisnya. Di buku yang ketiga baru terasa pas, karena dia bercerita sesuai dengan usianya pada saat itu.

 

Kiriman Tedy Nawardin yang juga Kepala Biro Humas menarik sekali karena tugasnya banyak berkecipung pada bidang CSR (Corporate Social Responsible). Mari kita simak. ”Suatu saat saya membeli Tetralogi Laskar Pelangi (3 buku langsung). Maksudnya untuk anak saya. Di pesawat saya buka. Ada komentar teman saya ditulis di buku (Santi, adik kelas S1 dan sama-sama di S2 Komunikasi UI). Lalu saya tertarik untuk membacanya. Tidak terasa saya hanyut dalam cerita. Saya seperti berada dalam lingkungan Laskar Pelangi.  Terlepas dari beberapa kekurangan dalam cara bertutur, tetapi penulis mampu mengaduk-aduk emosi pembaca. Keceriaan begitu mudah dialirkan. Kesedihan pun tidak tabu disampaikan. Cinta pun digulirkan meski terkesan begitu polos. Setiap buku itu punya makna bagi saya. Yang paling tersentuh, saya baca tentang karnaval 17-an. Bukan karena ekspresi kesenian yg ditampilkan, tetapi tentang semangat. Bayangkan, anak-anak "kampung" bisa mengalahkan anak-anak "mapan" sekolah PN Timah. Lalu saya membayangkan, suatu saat saya harus bisa membangun semangat anak-anak Guntung untuk mengalahkan anak-anak YPK (Yayasan Pupuk Kaltim). Saya pikir itu bisa dan harus bisa. Tinggal bagaimana keseriusan perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat di buffer zone. Hal kedua yg menggelikan, ada pada buku ketiga ketika bertemu dengan primadona kelas bernama Katya. Prinsip Katya tentang cowok dengan pendekatan seperti Channel TV begitu berbeda dengan Ikal yg cinta mati dengan A Ling.”

 

Ada juga kiriman sinopsis dari anaknya Pak Agung Yogisworo, karyawan SPI PKT untuk Buku Edensor. Buku ini adalah buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi. Buku ini menceritakan kisah sang penulis saat berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Universite de Sorbonne, di Paris. Di sana, banyak kejadian-kejadian yang bisa dibilang sungguh aneh dan tidak masuk akal. Ada kejadian dimana si Ikal dan Arai bertahan hidup di sebuah terowongan pada suhu -9° karena tidak berhasil mendapat tempat tinggal. Dan ada juga dimana saat si Ikal (Andrea Hirata) bertemu dengan orang yang dia ambil namanya dan dia pakai sebagai namanya, Andrea Galliani. Banyak kejadian-kejadian yang mengagumkan yang dapat kita temukan di buku ini. Seperti saat Ikal dan Arai tersesat di negeri Balkan, mereka bertemu dengan orang asli Purbalingga yang sejak 1965 sudah di Balkan yang bernama Toha. Ada juga bagian dimana dia waktu kecil pernah punya pacar bernama A Ling. Suatu hari, A Ling pergi dari desa dan meninggalkan Ikal. Sebelum pergi, A Ling memberi sebuah buku pada Ikal tentang sebuah desa bernama Edensor. Buku itu membuat Ikal terinspirasi untuk bisa pergi ke Edensor. Suatu hari di hari yang dingin, Arai terkena penyakit parah yang bisa berbahaya saat musim dingin. Arai pun dipulangkan ke Indonesia karena hal itu. Akhirnya, Ikal memutuskan untuk ikut dosennya bernama Profesor Turnbull ke Sheffield, Inggris. Karena waktu itu Profesor Turnbull sedang tidak ada, Ikal pun memutuskan berjalan-jalan di sekitar pedesaan. Ketika itu, ia sampai di sebuah desa yang indah. Ikal dilanda dẽjắ vu. Ia seperti pernah ke tempat ini, saat bertanya kepada orang, ia akhirnya tahu nama desanya. Tahukan kawan, nama desa itu? Desa itu adalah…Edensor. Komentarnya : Menarik, seruu!!! Gokil!! Harus baca!!! Karena sangat inspiratif sekali!!

 

Acara kedua launching buku kumpulan puisi karya Sunaryo Broto berjudul Aku Ingin Hidup Lebih Lapang. Buku ini berisi kumpulan puisi karyanya selama menjadi karyawan di PKT Bontang sejak 1992-2007. Bukan berarti semuanya karyanya dikerjakan di Bontang. Bontang hanya tempat berlabuh untuk mengendapkan ide dan menampung luapan emosi. Puisi ditulis di beberapa tempat, antara lain di Yogya, Solo, Jakarta, Suka Bumi, Manado, Makasar, Mekkah, Medinah, Kairo, Manama, Alexandria, di atas kereta api, di ruang tunggu bandara dll. Ada sekitar 72 puisi dalam buku tersebut. Launching buku disertai baca puisi oleh pengarangnya dan Kusnul Nurmanto. Diselingi diskusi karya dan pembahasan dengan santai.

 

Diantara suguhan nasi uduknya Mbak Lisna yang enak banget he..he..., bakso, kacang, coctail, rengekan anak dan buku-buku tebal bertebaran kita saling berbagi pengalaman dan obsesi. Saling melontarkan ide, komentar, guyonan ditambah bumbu-bumbu cerita sedikit. Ezrinal juga menceritakan tentang tulisannya yang dikirim ke sebuah situs di internet yang sampai diterjemahkan ke beberapa bahasa di beberapa situs. Pertemuan bukan hanya sekedar membahas karya penulis tetapi latar belakangnya. Dalam kondisi apa harus menulis dan bagaimana harus menulis. Bahan baku buku hampir semuanya punya, fasilitas juga berlimpah, hanya tinggal menuangkannya saja. Suatu saat juga harus lahir sebuah buku dari komunitas ini. Hanya waktu yang membuktikan. [sb]

Sabtu, 05 Januari 2008

Resensi Buku : Laskar Pelangi

Judul Buku       :  Laskar Pelangi

Pengarang            : Andrea Hirata

 Penyunting          :  Suhindrati a. Shinta

Penerbit                 : PT Bentang Pustaka

Jumlah Halaman                : xviii + 534

Tahun Terbit       :  September 2005 (Cetakan   Pertama, November 2007 (cetakan keduabelas).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saya merasa ”norak habis” untuk membuat resensi buku Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Karena baru beberapa minggu atau hari lalu saya membeli buku dan membacanya tanpa henti. Sementara seribu lebih pembaca (per akhir Desember 2007) telah berkomentar dalam www.sastrabelitong.multiply.com sejak diterbitkan Laskar Pelangi di bulan September 2005. Lebih dari dua tahun lalu. Seratus persen berisi sanjungan untuk Andrea Hirata. Dan payahnya, saya belum juga mendapat kesempatan sebagai kesekian ribu penggemar Andrea dalam website (blog) tersebut karena saking banyaknya pengunjung, dan saking ”lemot”-nya internet di rumah. Namun tak apa-apa, setidak-tidaknya bisa berbagi dan berdiskusi dengan teman-teman sesama anggota CB-33.

 

L

 

Askar Pelangi, walau dengan kualitas kertas di bawah buku Sang Pemimpi maupun Edensor, adalah ”ruh” awal yang diletakkan oleh Andrea untuk buku selanjutnya : Sang Pemimpi dan Edensor. Walau di dalam Sang Pemimpi dan Edensor, tokoh-tokoh awal Laskar Pelangi hanya disinggung sedikit, dan seakan sambil lalu. ”Ruh” awal sesungguhnya adalah jiwa atau pribadi si tokoh cerita : Ikal. Ikal tokoh tengil, cerdas, rendah hati, mudah penasaran terhadap sesuatu yang baru, suka bertualang, romantis, bertanggungjawab, mempunyai kegigihan dalam mencapai sesuatu, dan secara visual berambut keriting. Kegigihan dan kepercayaan akan tercapainya sesuatu digambarkan bukan serta merta tumbuh dari diri Ikal, namun di-”inisiasi” oleh tokoh-tokoh dan kondisi lingkungan Ikal sehari-hari. Tokoh Ikal terbaca sebagai Andrea Hirata. Karena Andrea bercerita mengalir seperti bila Sdr. Sunaryo Broto bercerita soal jalan-jalannya di Mesir, ataupun bila saya sendiri bercerita tentang pengalaman saya dengan lancar,  seakan kenangan tersebut terekam kembali di pelupuk mata. Dalam http://pencintabuku.wordpress.com bahwa Andrea mengaku novel ini awalnya hanya merupakan catatan kenangan terhadap masa kecilnya di Belitong (bahkan juga pengalaman kehidupan dewasa yang dialaminya baru-baru saja dalam Edensor, dan agak baru dalam Sang Pemimpi).

 

Laskar Pelangi  sesungguhnya adalah wajah kehidupan sebagian besar anak-anak Indonesia di era tahun 70 – 80’an, atau bahkan saat ini. Hidup prihatin, itu bagi kacamata orang dewasa yang mapan, dan menjadi ”emangnya gue pikirin” dan ”enjoy-enjoy saja” bagi anak-anak. Yang penting bermain dan bergembira, makan seadanya, kalau lelah tidur. Beres deh!. Walaupun pengalaman Andrea lebih spektakuler karena dia hidup di pulau yang keras namun indah : Pulau Belitong. Saya bayangkan betapa penghuni pulau tersebut kadang  ”merasa sendirian” bila berjalan memutari pulau Belitong yang dikelilingi oleh lautan luas! Namun si Ikal and his gang-nya memanfaatkan kondisi lingkungan ini dengan penuh keceriaan dan syukur (yang awalnya mungkin suatu bentuk kepasrahan dari kondisi keseharian yang selalu dihadapi), yang nantinya akan bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya. Andrea menggambarkan bagaimana kondisi pendidikan dari yayasan Muhammadiyah dengan sangat menyentuh. Ibu guru Muslimah yang mempunyai semangat tinggi mendorong siswa-siswanya agar menjadi seorang yang ”berhasil” dengan semangat tanpa tanda jasa (mengingatkan saya akan Bapak saya, baik sebagai seorang pendidik ataupun sebagai orang Muhammadiyah yang juga terlibat dalam yayasan pendidikan Muhammadiyah dan bersemangat ’45, tak jauh berbeda dengan Pak Harfan dan Bu Muslimah). 

 

Dalam Laskar Pelangi kita diajak oleh Ikal untuk bertualang bersama anggota Laskar Pelangi  yang lain : Lintang, Trapani, Mahar, Borek, Kucai, Sahara, A Kiong, Syahdan, dan Harun. Sepuluh anak. Memenuhi syarat agar SD Muhammadiyah Belitong masih tetap ada! Dalam Laskar Pelangi ini Ikal berkenalan dengan A Ling, kekasih platonisnya, yang selalu menyemangati hidup Ikal hingga dalam buku Edensor (mungkin hingga sekarang).

 

Seputar kehidupan PN (sebutan untuk Perusahaan Negara Timah Belitong) dikupas tuntas sesuai kaca mata Ikal yang terang benderang dengan metafora-metafora-nya yang pede habis.

Kehidupan sebagai anak pegawai rendahan PN, anak laut, siswa yang belajar di bawah gedung sekolah reyot (namun dinaungi oleh pohon filicium yang rindang dan merupakan satu komunitas yang dipenuhi oleh keceriaan hidup berbagai makhluk), bermain di saat hujan, perlombaan antar sekolah, dan euforia kemenangan khas anak-anak, memenuhi cerita ceria Ikal di masa anak-anak (SD) hingga menjelang remaja (SMP). Di Bab akhir Laskar Pelangi, Ikal bercerita tentang duabelas tahun kemudian setelah lulus SMP, dan bagaimana potret kesepuluh pasukan Laskar Pelangi di saat itu.

 

S

 

Ang Pemimpi, buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Dengan warna cover yang agak suram (abu-abu) dibandingkan cover buku pertama yang cerah merah jambu dengan siluet sekelompok anak bermain di pinggir laut. Cover ini bergambar seorang pria gagah yang merenung di ujung jalan kayu yang menjorok ke laut. Pose yang mengingatkan saya akan patung The Little Mermaide di pelabuhan Kopenhagen dengan versi lain (mungkin ini ide Andrea yang pernah juga singgah di Denmark selama berkeliling Eropa terobsesi oleh A Ling, tokoh cinta platonisnya, dalam buku ketiga : Edensor). Bercerita tentang seputar kehidupannya di masa SMA dan kebanggaannya dapat bersekolah di SMA Bukan Main, SMA Negeri Belitong. Sebuah SMA favorite di Pulau Belitong.

 

Dalam Sang Pemimpi, tokoh-tokoh pemberani tidak lagi berjumlah sepuluh orang lagi, namun ”hanya” tiga orang. Tanpa satupun dari kesembilan anak di Laskar Pelangi muncul lagi sebagai tokoh bersama Ikal. Mungkin karena keterbatasan mereka untuk dapat mendaftarkan diri ke sekolah menengah atas. Sesuai dengan  kenyataan dalam masyarakat kita hingga hari ini bahwa  tingkatan pendidikan tersebut masih dianggap cukup tinggi dan memerlukan biaya yang cukup besar. Hanya Ikal, Arai, dan Jimbron saja dari kampung mereka yang dapat melanjutkan ke SMA. Dalam buku pertama, saya tidak begitu mengerti mengapa Arai sama sekali tidak disebut-sebut oleh Andrea, padahal Arai sudah diangkat sebagai anak oleh Ayah Ikal pada saat Ikal juga masih SD. Sebagai pembaca, saya anggap cerita Laskar Pelangi ”seakan terputus” dengan Sang Pemimpi dalam hal satu ini. Dalam Sang Pemimpi, peran Arai sangat terlihat jelas dalam kehidupan Ikal, seperti tokoh Lintang dalam Laskar Pelangi. Persahabatan ketiga orang ini begitu unik. Arai digambarkan sebagai sosok yang tegar, penyayang, dan optimis. Sedangkan Jimbron, bertubuh besar, namun penakut, dan terobsesi akan kuda. Semangat hidup Ikal cukup banyak tergantung pada Arai. Saudara jauh yang sangat menyayangi dan melindunginya. Walau perawakan mereka hampir sama ”kecilnya”.

 

Dalam buku Sang Pemimpi banyak pengalaman lucu yang diceritakan oleh Andrea perihal Ikal, Arai, dan Jimbron. Soal bersembunyi dari kejaran guru galak, sampai masuk ke box pendingin ikan, sembunyi-sembunyi melihat film orang dewasa di bioskop yang membuat berdesir darah mudah mereka, hingga soal detik-detik penerimaan rapor mereka yang juga mempertaruhkan harga diri orang tua mereka masing-masing, karena ini menyangkut rangking di sekolah yang diumumkan di depan seluruh orang tua murid!

 

Betapa Andrea pandai sekali membuat pembaca terharu, membayangkan bagaimana ayah Ikal selalu memakai baju safari satu-satunya yang semalaman sudah diuapin dengan daun pandan untuk acara penerimaan rapornya, dengan mengayuh sepeda sejauh 30 km menuju SMA Bukan Main. Di akhir Bab, Andrea menggambarkan kepergian Ikal dan Arai untuk memeluk mimpi-mimpi mereka, seperti beribu-ribu penduduk Indonesia, menuju kota harapan, kota metropolitan : Jakarta!